Setelah tertunda hampir 4 bulan, akhirnya bisa juga menginjakan kaki di the mysterious Pulau Biawak. Dibantu seorang teman Indramayu asli, kami bertujuh akhirnya berangkat menuju Pulau Biawak menggunakan perahu "Cahaya Hati".
That is a nice name. :)
Perjalanan dimulai dari terminal Cicaheum jam 4 subuh. Sempat terburu-buru takut telat, ternyata bis Damri Executive jurusan Bandung-Indramayu yang ditunggu-tunggu datang telat. Pukul 6 bis baru bergerak menuju Indramayu. Wheeww. Alhasil kami pun telat sampai ke Indramayu. Sesuai jadwal seharusnya kapal sudah mulai berangkat pukul 11 ke Pulau Biawak, gara-gara Damri telat, kami baru berangkat menuju Pulau Biawak pukul 1 siang. Panas bok!
Perahu "Cahaya Hati" ini adalah perahu nelayan seadanya saja. Jangan bandingkan dengan perahu motor pengangkut penumpang yang jelek di Muara Angke, ini... lebih kecil dari itu. :p Jangan berharap ada life vest atau pelampung untuk keselamatan penumpang. "Cahaya Hati" cukup nekat berlayar dengan ditemani tiga ABK yang sudah cukup lihay, dan.. saya percaya pada mereka. Hehe..
Terus terang ini perjalanan agak nekat buat saya. Pulau Biawak yang terletak di Laut Jawa ini banyak memangsa nelayan. Cuaca pun sebenernya tidak lagi bagus-bagus amat. Tapi niat adalah niat dan tekad adalah tekad. Haha.. well yeah, we did it.
Kurang dari lima jam akhirnya si "Cahaya Hati" merapat ke dermaga Pulau Biawak. Seorang penjaga mercusuar yang sangat baik dan ramah bernama Pak Sumanto dan ditemani dua nelayan yang sedang singgah di Pulau Biawak menyambut kami di dermaga. Beberapa ekor biawak turun ke pantai, ada juga yang berjalan pelan-pelan, tak peduli ada tamu datang.
Berbicara tentang Pak Sumanto, orang ini lucu sekali. Melihat ada nelayan dan tamu yang datang, wajahnya langsung sumringah. Maklum saja, Pak Sumanto ini menjaga pulau Biawak sendirian SAJA. Hihi.. Dia sempat bercerita, sangking bosannya dia sering mengobrol dan bercanda dengan biawak. Dia bahkan memanggil para biawak disitu dengan panggilan "Si Bibi" alias si Biawak. Tiap pagi Pak Sumanto menjaring ikan lalu memberi makan Si Bibi, biawak-biawak tersebut jinak kok, asal tidak diganggu. :)
Oh ya kalau ada yang berniat mengunjungi pulau biawak, Pak Sumanto ini sangat senang diberi sayur-sayuran segar dan rokok, karena asupan konsumsi dari pemerintah ke pulau Biawak hanya 3 bulan sekali dan Pak Sumanto sering kehabisan sayur dan rokok. Beliau bercerita sudah pernah mencoba beberapa kali menanam sayuran sendiri, tapi selalu gagal.
Karena kami tiba terlalu petang, matahari hanya lima menit saja menyisakan terangnya. Alhasil kami tidak jadi keliling-keliling pulau. Atas saran Pak Sumanto, kami akhirnya menaiki mercusuar tua yang tingginya 65 Meter. Tell you what, this light house is terrific!
That is a nice name. :)
Perjalanan dimulai dari terminal Cicaheum jam 4 subuh. Sempat terburu-buru takut telat, ternyata bis Damri Executive jurusan Bandung-Indramayu yang ditunggu-tunggu datang telat. Pukul 6 bis baru bergerak menuju Indramayu. Wheeww. Alhasil kami pun telat sampai ke Indramayu. Sesuai jadwal seharusnya kapal sudah mulai berangkat pukul 11 ke Pulau Biawak, gara-gara Damri telat, kami baru berangkat menuju Pulau Biawak pukul 1 siang. Panas bok!
Perahu "Cahaya Hati" ini adalah perahu nelayan seadanya saja. Jangan bandingkan dengan perahu motor pengangkut penumpang yang jelek di Muara Angke, ini... lebih kecil dari itu. :p Jangan berharap ada life vest atau pelampung untuk keselamatan penumpang. "Cahaya Hati" cukup nekat berlayar dengan ditemani tiga ABK yang sudah cukup lihay, dan.. saya percaya pada mereka. Hehe..
Terus terang ini perjalanan agak nekat buat saya. Pulau Biawak yang terletak di Laut Jawa ini banyak memangsa nelayan. Cuaca pun sebenernya tidak lagi bagus-bagus amat. Tapi niat adalah niat dan tekad adalah tekad. Haha.. well yeah, we did it.
Kurang dari lima jam akhirnya si "Cahaya Hati" merapat ke dermaga Pulau Biawak. Seorang penjaga mercusuar yang sangat baik dan ramah bernama Pak Sumanto dan ditemani dua nelayan yang sedang singgah di Pulau Biawak menyambut kami di dermaga. Beberapa ekor biawak turun ke pantai, ada juga yang berjalan pelan-pelan, tak peduli ada tamu datang.
Berbicara tentang Pak Sumanto, orang ini lucu sekali. Melihat ada nelayan dan tamu yang datang, wajahnya langsung sumringah. Maklum saja, Pak Sumanto ini menjaga pulau Biawak sendirian SAJA. Hihi.. Dia sempat bercerita, sangking bosannya dia sering mengobrol dan bercanda dengan biawak. Dia bahkan memanggil para biawak disitu dengan panggilan "Si Bibi" alias si Biawak. Tiap pagi Pak Sumanto menjaring ikan lalu memberi makan Si Bibi, biawak-biawak tersebut jinak kok, asal tidak diganggu. :)
Oh ya kalau ada yang berniat mengunjungi pulau biawak, Pak Sumanto ini sangat senang diberi sayur-sayuran segar dan rokok, karena asupan konsumsi dari pemerintah ke pulau Biawak hanya 3 bulan sekali dan Pak Sumanto sering kehabisan sayur dan rokok. Beliau bercerita sudah pernah mencoba beberapa kali menanam sayuran sendiri, tapi selalu gagal.
Karena kami tiba terlalu petang, matahari hanya lima menit saja menyisakan terangnya. Alhasil kami tidak jadi keliling-keliling pulau. Atas saran Pak Sumanto, kami akhirnya menaiki mercusuar tua yang tingginya 65 Meter. Tell you what, this light house is terrific!
Keringat sebesar jagung muncul dimana-dimana saat mendaki mercusuar ini. Harap maklum, im afraid of heights dan tingginya mercusuar ini woo'oowwww... Adrenaline rush!
Keesokan harinya, kami menyusuri Hutan Mangrove dikawal Pak Sumanto sembari menuju spot snorkeling yang paling bagus. Agak repot jalan kaki disini, pertama medannya adalah rawa mangrove, lalu dilanjutkan dengan karang-karang kecil bercampur pasir. Saran : Lebih baik membawa boots atau dive boots, supaya aman. :)
Keesokan harinya, kami menyusuri Hutan Mangrove dikawal Pak Sumanto sembari menuju spot snorkeling yang paling bagus. Agak repot jalan kaki disini, pertama medannya adalah rawa mangrove, lalu dilanjutkan dengan karang-karang kecil bercampur pasir. Saran : Lebih baik membawa boots atau dive boots, supaya aman. :)
Underwater Pulau Biawak cukup bagus, at least.. dibanding Pulau Seribu. Haha.. Ada penyu, baracuda dll. Seru!
Tapi yang paling menakjubkan dari Pulau Biawak adalah melihat sunrise-nya. Rasanya saya belum pernah melihat sunrise se-oranye itu. Seisi pulau seperti menjadi oranye, diselimuti lembayung. Foto di bawah ini bukan hasil editan dan gambaran aslinya kira-kira sebelas-dua belas dengan warna di foto. :)
Tips untuk berangkat ke Pulau Biawak :
1. Budget --> Around 300-400rb. Saya sudah lupa perinciannya, tapi kira-kira untuk bayar DAMRI Bandung-Indramayu, patungan sewa kapal nelayan dan untuk membeli persediaan makanan.
2. Siapkan bekal makanan yang mencukupi, kami sudah belanja ikan dan beras untuk dimasak di Pulau Biawak, namun hari kedua kami disana, pagi-pagi si ABK yang kebagian bertugas memasak belum bangun, alhasil kami kelaparan dan untung Pak Sumanto memberi kami makan nasi dan ikan secukupnya. Agak tidak enak juga sih, karena kami tahu itu persediaan Pak Manto untuk waktu lama, oleh karena itu kami menggantinya dengan uang dan semua makanan yang tersisa (kopi sachet, pop mie, coklat, snack) kami kumpulkan dan kami beri ke Pak Manto.
3. Untuk tempat tidur, lagi-lagi Pak Sumanto berbaik hati memberikan kamar tidurnya untuk kami. Di kamarnya ada satu kasur double spring bed dan satu buah televisi. :p
4. Listrik hanya menyala setelah magrib. Bawalah obat nyamuk semacam autan atau kalau niat bawa obat nyamuk bakar sekalian. Nyamuknya ganasss... Hehehe..
5. Satu jam mendekati Pulau Biawak semua signal langsung menghilang, and i repeat.. SEMUA operator. Lupakanlah blackberry :P
6. Dalam perjalanan pulang, cocokan waktu dengan waktu sunset di tengah jalan, you'll see the greatest view on boat and im not kidding!
Have a nice trip everyone. :)
Tapi yang paling menakjubkan dari Pulau Biawak adalah melihat sunrise-nya. Rasanya saya belum pernah melihat sunrise se-oranye itu. Seisi pulau seperti menjadi oranye, diselimuti lembayung. Foto di bawah ini bukan hasil editan dan gambaran aslinya kira-kira sebelas-dua belas dengan warna di foto. :)
Tips untuk berangkat ke Pulau Biawak :
1. Budget --> Around 300-400rb. Saya sudah lupa perinciannya, tapi kira-kira untuk bayar DAMRI Bandung-Indramayu, patungan sewa kapal nelayan dan untuk membeli persediaan makanan.
2. Siapkan bekal makanan yang mencukupi, kami sudah belanja ikan dan beras untuk dimasak di Pulau Biawak, namun hari kedua kami disana, pagi-pagi si ABK yang kebagian bertugas memasak belum bangun, alhasil kami kelaparan dan untung Pak Sumanto memberi kami makan nasi dan ikan secukupnya. Agak tidak enak juga sih, karena kami tahu itu persediaan Pak Manto untuk waktu lama, oleh karena itu kami menggantinya dengan uang dan semua makanan yang tersisa (kopi sachet, pop mie, coklat, snack) kami kumpulkan dan kami beri ke Pak Manto.
3. Untuk tempat tidur, lagi-lagi Pak Sumanto berbaik hati memberikan kamar tidurnya untuk kami. Di kamarnya ada satu kasur double spring bed dan satu buah televisi. :p
4. Listrik hanya menyala setelah magrib. Bawalah obat nyamuk semacam autan atau kalau niat bawa obat nyamuk bakar sekalian. Nyamuknya ganasss... Hehehe..
5. Satu jam mendekati Pulau Biawak semua signal langsung menghilang, and i repeat.. SEMUA operator. Lupakanlah blackberry :P
6. Dalam perjalanan pulang, cocokan waktu dengan waktu sunset di tengah jalan, you'll see the greatest view on boat and im not kidding!
Have a nice trip everyone. :)
thanks reviewnya. mau ke sana nih.
ReplyDeletewww.nice-photo.com
your welcome.
ReplyDeleteGaluh ini nana. Gal, tulisan sama fotonya boleh ga nana muat di majalahnya Rumah Zakat? Boleh ya BU Donatur..hehe
ReplyDeletewew nana.. hahahaa.. iyaa naaa.. boleh.
ReplyDeleteWahh Pulau biawak memang indah, jadi keingetan waktu dulu main ke sini. Salam kenal :)
ReplyDeletei'll be there, thank you for sharing Galuh. your blog is cool ;)
ReplyDeleteThanks :)
ReplyDeletewah keren sis.. gara2 kmrn flight balik dr SMG liat keluar jendela koq ada atoll berbentuk cincin yg tengahnya ada air laut, baru tau ada pulau kayak gitu.. ternyata di googling masuk gugusan tiga pulau di indramayu, salah satunya pulau biawak ini..
ReplyDeletebtw, sis ngga ke pulau atoll itu yaa?? dan bisa minta no hp kapal cahaya hati??
yes, pulau biawak is such a hidden treasure :) memang ada tiga pulau, cuma karena keterbatasan waktu dan ombak lagi ga bagus, ga bisa mampir kesitu. Waduh kalau nomor hp ga tau, nampaknya mereka bukan orang-orang yang berhape juga sih, tapi ga tau ya kalau sekarang. :)
Deletehahahha 089660633040
Deletetuh nomernya