Saturday, October 15, 2016

ketika kelas menengah ngehek mau beli rumah


Saya mau beli rumah. Ralat, kami mau beli rumah. Saya dan suami.

Akhirnya waktu itu telah tiba. Waktu dimana kami harus membuat komitmen yang jauh lebih mengerikan. Tolong dicatat ya, actually, a real commitment is not with a man, but with... a bank. Hiks. Saya masih belum bisa membayangkan punya hutang sekian ratus juta ke bank. Apakah saya bisa tidur nantinya? Entahlah. Saya belum pernah berhutang sedemikian besar. 

Setelah menikah, kata orang, rencana beli rumah mau tak mau harus diwujudkan. Cepat atau lambat, tapi kalau bisa cepat. Kalau tidak sekarang mau kapan? katanya. Nyicil rumah bisa sampai 20 tahun. Sementara saya berencana umur 50 sudah pingin pensiun. Mimpi mengerikan tentang suku bunga KPR yang luar biasa tingginya, lebih horor dari mimpi bertemu sundel bolong atau script yang khas dari Agung Podomoro dengan ancaman yang lebih kejam dari preman Tanah Abang, "Hari senin harga naik!"