Sunday, June 20, 2010

Are We Ready for Twitter?




Sudah satu tahun belakangan ini saya mulai meninggalkan facebook. Yang membuat saya "mengkhianati' si buku muka ini, siapa lagi kalo bukan TWITTER.

Jejaring sosial berlambang burung dara yang sedang gegap gempita ini memang menarik. Alasan paling utama, pengguna acc ini adalah artis yang naik daun sampai kantor berita terkemuka. Informasi juga menjadi cepat.. sett sett.. secepat kilat. Apalagi bagi mereka yang menggunakan "telepon pintar".

Text yang dibatasi hanya 140 karakter ini juga sangat cocok bagi budaya orang Indonesia, yakni ; malas membaca. Hal ini sekaligus menjadi bumerang buat orang kita yang kata profesor saya bilang, "gegap teknologi" yang artinya beda tipis sama "gagap teknologi". Baru sempat baca headline saja, langsung komentar X. Y dan Z. Yang penting eksis. Mungkin begitu.

Awal-awal memulai berkomunikasi via acc twitter, terus terang saya menikmati sekali "ber-twitteran-ria" ini. Gempa jam 8.30 di Biak, jam. 8.40 saya bisa langsung tahu tanpa harus browsing internet atau nonton televisi. Lama-kelamaan, saya jadi pusing sendiri membaca timeline twitter. Lama-kelamaan twitter terdengar seperti "radio berisik" yang terus-menerus disetel 24 jam. Annoying? Yes it is.

Supaya tidak terlalu kelihatan "gegap/gagap teknologi" saya berusaha mempelajari cara-cara bertwitter yang baik dan benar, walaupun mungkin tidak semua orang setuju/suka. Atau misalnya ada yang kurang, silahkan ditambahkan saja. :-)

1. Ketua RT

Di timeline twitter ini banyak sekali Ketua RT --> artinya : apa-apa di RT. Cuma mau komentar "Hahahaha" saja pake RT. Ini juga salah satu kebiasaan orang Indonesia. Hehe.. Gini deh, setiap kamu beli barang elektronik, yang pertama kamu lakukan apa? a ) Langsung oprek2 sendiri b) reading the guidelines book ? Kalo kamu jawab "a" . Wow selamat, kamu memang orang Indonesia Asli *jempol

Setelah kam sign up dan register di acc twitter, coba deh dibaca-baca dulu terms and conditions dan guide 'how to use your twitter" Ini semua bisa diakses di TWITTER GLOSSARY

Di page tersebut bakal dijelaskan fungsi Retweet, Reply, Direct Message - dan apakah yang akan terjadi ketika kamu 'nge-tweet' ? --> masuk point 2.

Ketika kamu ngeretweet, semua follower kamu bakal bisa membaca tweet kamu. Teman saya bahkan pernah cerita, dia jadi tahu kebiasaan kehidupan seseorang yang dia ga kenal gara-gara RT. Hehe.. Ada seorang teman saya, sebut saja Nani yang selalu me-RT tweet dia. Pernah satu kali, di me-RT tweet-tweet dia dengan seorang teman dia yang bernama Bunga. Dia blg dalam RT-nya "aduh Bunga, meki lo kan bau amis kaya pasar ikan." I dont even know that Bunga girl, tapi sejak saat itu, setiap kali si Nani ber-tweet-ria dengan si Bunga, saya selalu kepikiran, "oh ini si Bunga yang mekinya bau pasar ikan." :))

2. Here's what happen when you tweet something.

What you say on Twitter may be viewed all around the world instantly.
You are what you Tweet!

Twitter adalah media massa. Twitter adalah digital. Sesuatu yang digital, mampu untuk menduplikasi/diduplikasi - mencopy/dicopy. Ketika kamu memposting sesuatu ke dalam internet which is sifatnya SANGAT DIGITAl. Then boom! You're just spread it around the world.

Seorang teman pernah bilang pada saya, "Twitter twitter gw, twitter gw ya gimana gw, kalo ga suka ya tinggal unfollow." --> Menurut hemat saya (gaya soeharto banget yak gw masih pake vocab 'hemat saya') theres no such thing as "twitter gw ya gimana gw." atau "facebook gw ya gimana gw" dan harap dicatat, "there's no such thing as ONLINE DIARY."

Kita hidup bareng-bareng, rame-rame, rumah boleh ngontrak/beli buat sendiri, tapi tetep aja kalee bok, begitu kita keluar rumah, kita berinteraksi dengan orang lain dalam sekumpulan masyarakat yang sifatnya sangat heterogen. Dalam masyarakat itu, ada norma yang keluar. Mau di bule kek, di primitif, apalagi di Indo yang sangat normatif, norma itu pasti ada. Aturan tak tertulis yang diketahui oleh semua orang hanya dengan common sense.

Begitu pula di Twitter.. dan facebook atau Multiply dan jejaring sosial lainnya. Ralat : APALAGI di twitter.. dan facebook atau Multiply. Dimana kita berkomunikasi hanya melalui TEXT yang sangat rentan salah kaprah. Salah emoticon sedikit saja, kalimat yang kita tulis bisa jadi sarkas.

Twitter buat orang Indonesia (atau mungkin orang-orang lainnya) menjadi ajang komentar. Saya bilang, twitter di Indonesia adalah dongeng 1001 komentator. Issu X keluar, dan bla bla bla.. semua orang bergegas nge-tweet komentar mereka. Berkomentar memang manusiawi, tapi apa salahnya kita saring dulu komentar kita dengan bahasa yang bagus dan sopan, dan yang paling penting ; apakah kita cukup PENTING untuk komentar?

Ini salah satu contohnya yang paling gress. Seorang teman nge-tweet ; "Farhat Abbas itu udah kaya orang paling bener aja ngadu-ngaduin orang ke Polisi. Ngaca dulu dong mas, kaya orang paling suci aja lo!!"

Dalam hati, saya pingin sekali me-reply tweetnya. "Nah elo, emang udah bener apa komentarin si Farhat? Ngaca dulu juga aja mending. :p"

The point is ; bukan saya bela si Farhat juga, tapi emang penting yah kita komentar yang ujung-ujungnya malah jadi memanaskan suasana, sementara tokh kita juga bukan orang yang paling kompeten dalam isu itu.

Saya juga pernah dalam posisi dimana kepingin sekali mengomentari isu-isu aktual, gatel banget rasanya pengen ngetik ini itu, and i did. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, apa pentingnya yah buat saya nge tweet kaya gitu. Belum lagi kalo saya salah ngomong dan menyinggung orang lain, lalu dilaporin ke polisi gitu atas tuduhan pencemaran nama baik. Hmm.. mungkin lebay ya saya? Tapi saya cuma ambil kemungkinan terburuk.

Plus, semua informasi yang saya dapet tentang isu-isu itu juga dari twitter atau media massa lainnya, yang mungkin saja, yang saya baca adalah tweet orang lain yang belum tentu benar realitanya, media massa juga seringnya mem-blow up suatu isu yang kadang sangat jauh dari fakta di lapangan.

Contoh kasus 2. Soal Agama. Ini yang paling riskan dan juga paling mengerikan buat saya. Agama sering jadi topik hangat ajang perdebatan di twitter. Kalau debatnya smart sih its okay, tapi seringnya malah jadi debat kusir yang ga ada habisnya dan ujung-ujungnya malah jadi bikin emosi. Misalnya aja, seorang tokoh agama terkenal nge-tweet soal jilbab, dia bilang itu bukan hal yang wajib dalam Islam, lalu ada lagi yang mereply twitnya dengan marah dan bilang bahwa jilbab dalam Islam adalah wajib.

Tweet-tweet disertai tanda seru berganda soal jilbab bikin saya bergidik. In my opinion, agama itu sifatnya pribadi banget. Antara saya dan Tuhan saya. Ga ada yang bisa memaksakan satu kepercayaan kepada saya, termasuk pakai jilbab. Saya cenderung menghindari isu agama, karena ini sifatnya sangat sensitif. Satu kampung bisa bunuh-bunuhan gara-gara isu agama.

Yang paling hangat mungkin komentar Tifatul Sembiring perihal "analogi kemiripan". I totally got his point. Tapi banyak orang protes keras cenderung marah atas analogi tersebut. Mungkin Pak Menteri salah kata, atau mungkin juga pendengar yang tidak mau mengerti. I don't know. Yang jelas, si Pak Menteri sudah menjelaskan maksud analogi-nya tersebut dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.

Seseorang pernah nge-tweet kira-kira seperti ini, "Menkominfo kita tuh SO STUPID. Apa maksdnya analogi kaya gitu? Ga pantes jadi mentri!"

Komentar seperti ini menurut saya lumrah-lumrah saja ketika diucapkan dalam konteks personal. Tapi akan sangat berbahaya ketika dia mempostingnya di twitter. Semua orang bisa baca bok! Ini kira-kira sama analoginya dengan menulis komen tersebut di headline media cetak. Bukan ga mungkin Pak Mentri membaca, sakit hati dan kemudian melacak si penulis tweet tersebut.

Intinya, ingatlah bahwa twitter's not your online diary. Twitter's a mass media. Semua orang bisa baca dan menyalahkaprahkan dengan mudahnya. So, careful please. :)

3. Twitter's definitely not for "pundungan" people.

As a said earlier, kapasitas text yang cuma 140ch bikin orang sering salah kaprah. So.. don't take twitter so seriously dan seperti sudah saya warning sebelumnya, twitter adalah negeri 1001 komentator, prepare yourself. Dipikir-pikir sebenarnya bagus juga loh untuk latihan mental. :)

4. Terakhir, apakah kita sudah siap dengan teknologi twitter?

Or should i say, are we ready for internet? Kalau kamu ibu beranak satu yang memberikan fasilitas Blackberry buat anakmu yang masih kelas 4 SD, i dont think we ready for those tech. Ngasih BB buat anak SD, sama seperti ngasih izin akses kemana saja dia mau for 24hours, and that's including PORN. Bukan ga mungkin anak SD udah pinter browsing dan nemu gambar sailor moon lucu.. eh ternyata hentai. :p

Bukan ga boleh anak SD pinter internet, tapi ya seyogyanya internetnya juga harus dalam pengawasan, kalo belum-belum udah dikasih BB, emang emaknya bisa ya ngawasin terus 24 jam? Satpam aja kerjanya 12 jam kok, bu.


Anyways, pesan moral dari tulisan ini adalah : Hahaha. kaga ada pesan moral lah, ini cuma sharing aja, apa yang saya pikirkan, apa yang saya analisa, bisa jadi salah, bisa jadi juga benar. Semoga saja kita cukup pintar bermain twitter, facebook, dan semua-muanya yang ada di internet. :)

PS. meet me @gadismarathon :))