Wednesday, June 22, 2011

Eros & Agape

Aku tidak tahu apa yang orang maksud dengan cinta".
Begitu pengakuan Leo Tolstoy dalam buku hariannya.

Dengan semua kejeniusannya dalam menyimpulkan wacana tentang moral, Tolstoy masih belum mampu membedakan antara cinta, asmara dan gairah birahi. Tentu saja mereka tidak datang dalam satu paket.

Cinta adalah salah satu kata di dalam kumpulan kosakata yang bekerja melampaui batas. Kata itu bekerja mati-matian hampir di semua bidang aktivitas manusia. Tidak hanya antara dua jenis kelamin, tapi juga mengekspresikan emosi diantara anggota-anggota keluarga, teman, tetangga, musuh, Tuhan, hingga kepada segala sesuatu yang baik dan indah. Kata cinta digunakan dalam bidang psikologi, filsafat, agama, etika pendidikan dan semua bidang sosial. Kata 'cinta' demikian hebat, dan karena itu ia setara dengan tugas-tugasnya yang sedemikian banyak. Namun waktu telah menentukan dan cinta telah menunjukan semua tanda kelelahan, karena ia selalu dijadikan subjek.

Subjek ini telah menjadi misteri dan fakta bahwa semua orang pernah mengalaminya tidak membuat cinta lebih mudah untuk dipahami.

Berapa banyak pasangan menikah yang ketika ditanya, "Kenapa kamu mau menikahinya?", menjawab, "Karena aku mencintai dia." Titik. Begitu saja.

Jenis cinta yang melandasi mayoritas pernikahan manusia modern saat ini kebanyakan adalah karena 'cinta'. Walaupun sebenarnya Albert Camus menerjemahkan bentuk cinta seperti itu adalah bagian kecil dari suatu demam ringan yang dianggap nikmat untuk diderita. Orang Anglo-Saxon menyebutnya 'Romantika' (romance), kata yang berasal dari budaya Roman di Perancis Selatan.

Kisah cinta Tristan dan Isolde cukup menggambarkan kekuatan 'cinta' semacam ini. Tristan bagi Isolde adalah "yang paling kuat". Isolde bagi Tristan adalah "yang paling cantik dan bersinar". Dari penggambaran ini kita bisa melihat bahwa, Tristan tidak mencintai Isolde yang nyata dan juga sebaliknya. Keduanya hanya mencintai cinta yang mereka rasakan sendiri, direka, diciptakan, rasa sakit yang timbul dari perasaan yang bergelora di dalam hati, dan segala rekayasa visualisasi itu hanya digunakan untuk tetap menjaga agar gairah tetap menyala.

Akankah lebih nyata mengatakan, "Wajahmu biasa saja, tapi entah kenapa aku menyukainya." ?

Manusia modern saat ini tidak dapat dapat memikirkan alasan lain untuk menikah, kecuali demi 'cinta'. Sedetikpun tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa seseorang seharusnya dapat menikah karena selusin alasan yang berbeda, beranekaragam tapi saling melengkapi dan cinta hanya salah satu diantaranya.

Kesehatan, status sosial, tingkat pendidikan, kesesuaian temperamen, latar belakang, usia, cara membesarkan anak, harapan untuk masa depan, keluarga, karier, agama serta penyatuan intelektual dan spiritual telah menjadi pertimbangan yang sekunder, karena penggerak utamanya adalah 'cinta'.

"Jika mereka saling mencintai, jika mereka memiliki 'cinta' semacam itu biarkan mereka menikah". Dengan cinta ia memiliki segala hak dan dengan cinta cinta ia dapat melakukan segala-galanya. Berhadap-hadapan secara langsung dengan antusiasme semacam itu, alasan-alasan yang masuk akal, sudah tidak lagi berarti."

Pernikahan yang didasari akal sehat, pernikahan konvensional sudah ketinggalan jaman. Kita bebas, dan itu berarti kita dapat menikah dengan perempuan atau laki-laki yang kita cintai, hanya karena 'cinta' itu sendiri. Apapun yang akan terjadi kelak. Jika cinta memang ada disana, ia akan menaklukan semua rintangan, bahkan ia akan menjadi lebih kuat karena halangan dan rintangan itu, ia akan semakin kokoh ketika diserang oleh aturan-aturan sosial - yang dari sudut pandang cinta dianggap sebagai sesuatu yang bodoh dan otoriter.

Tapi persis di titik inilah kita dapat melihat kelemahan dari kekuatan cinta.

Bahkan jika kita benar-benar memercayai semua novel, lagu-lagu, sinetron, film, majalah hingga obrolan antar teman di kala arisan, bahwa cinta sejati dapat dan harus menaklukan tantangan dan rintangan yang dihadapinya, kita tetap harus mengakui bahwa ada sebuah kekuatan yang lebih menentukan, di atas segalanya, yaitu : waktu.

"Cinta gairah" (cinta yang memabukan, tidak nyata dan cenderung membuat menderita) tumbuh dari Eros. Sedangkan cinta tindakan lahir dari Agape. Seiring berjalannya waktu, dapat terlihat semua elemen cinta gairah (Eros) cenderung merusak pernikahan atau setidaknya meluruhkan pernikahan jika pasangan itu memilih untuk bertahan.

Dari semua alasan untuk menikah yang telah diuraikan di atas, ternyata justru kebanyakan dari kita memutuskan menikah karena faktor 'cinta', satu faktor yang paling tidak stabil, sangat dinamis dan bersifat sementara, dan Eros menguasai hampir 3/4 kata cinta. Selebihnya adalah : bagaimana nanti saja.

...

Inspired after reading A Psychology of Love.

Ditulis ketika seharusnya saya mengetik suatu artikel ilmiah, yang tentu saja bukan tentang cinta.

Sungguh PRETTT.