Sunday, September 9, 2012

sampang

“Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing datang berkunjung dari Jumbudwipa (India), Kamboja, Cina, Yamana, Campa, dan Goda, serta  Saim. Mereka mengarungi lautan bersama para pedagang, resi, dan pendeta, semua merasa puas, menatap dengan senang, hidup dengan tenang dalam keragaman. - Prapanca dalam Kakawin Nagarakertagama (1365)

Siwa di Timur, Budhha di Barat, Islam yang datang dari Timur dekat, lalu India, Cina, dan manusia Mongolia yang tersesat. Dari Semenanjung Melayu hingga Papua, Kalimantan Utara lalu Belanda, oh ya, asal jangan Amerika. Kali pertama Soekarno berkenalan dengan burung garuda, nasionalisme disematkan di deret pertama pijakan kakinya, lalu diakhiri dengan Ketuhanan yang maha esa di nomor lima. Nyatanya, urutan pijakan kaki memang harus kembali direvisi. Cinta berlebih adalah kejahatan manipulasi dari manusia yang paling keji. Hari ini, rasa-rasanya memang sudah saatnya kerajaan Majapahit dihidupkan kembali.  

Ini ode untuk mereka, primata yang paling sering bicara cinta, sebuah hasil tabularasa. Apa kau dengar? Betapa dangdutnya mitos bhinneka tunggal ika. 

...