Tuesday, November 9, 2010

Dua Puluh Enam

Dari dulu saya sering bingung sama orang yang suka menyembunyikan umurnya. Misalnya ditanya, "Umurnya berapa sih?" atau "angkatan berapa sih?", yang ditanya suka malah senyum-senyum malu sambil berbohong bercanda mengenai umur/angkatannya. Dalam hati saya, emang kenapa sih? Kenapa mesti malu? Oke lah kalau yang ditanya itu berat badan. Karena berat badan memang sangat sensitif buat perempuan. Tapi mengenai umur, saya tidak bisa melihat disebelah mana memalukannya sih?

Tapi itu dulu. Ini adalah salah satu kejadian dimana saya (lagi-lagi) memakan omongan saya sendiri. Kejadiannya ketika saya sedang nongkrong bersama teman-teman baru saya yang notabene mereka adalah angkatan 2004-2006. Tiba-tiba salah satu dari mereka bertanya, "Luh.. umur lo berapa sih?", dan sontak saya menjawab reflek saja, "Dua puluh lima".

Bukan otak saya yang sedemikian bodohnya sampai lupa umur saya sendiri, entah kenapa tiba-tiba saja otak saya bisa jadi demikian cerdas mengarang fiksi. "Dua puluh lima".

Wow. Korupsi satu tahun tuh.
Dalam hati saya, kenapa ya saya tiba-tiba korupsi satu tahun begitu?
Padahal sebelum-sebelumnya saya tidak pernah ada niat mau korupsi umur satu tahun. Dua angka dua puluh lima itu sontak saja saya keluarkan dari mulut tanpa pikir panjang. Padahal saya belum pikun.

Dua puluh enam, umur saya sekarang. Dan terus terang saya tidak pernah merasa tua. Sampai...

Saya melihat teman-teman seusia saya dilamar.
Saya melihat teman-teman seusia saya menikah.
Saya melihat teman-teman seusia saya melahirkan.
Saya melihat teman-teman seusia saya melahirkan, untuk kedua kalinya. *wakss!

fase setelah itu :

Saya melihat teman-teman seusia saya menjadi kurang nyambung lagi ngobrolnya dengan saya karena mereka sudah sibuk dengan urusan anak dan suami.
Saya melihat teman-teman seusia saya menghilang satu persatu-satu, ada yang diboyong suaminya ke luar kota, ada yang memang sibuk menjadi ibu rumah dan tangga dan alasan-alasan lainnya yang membuat mereka menjadi begitu untouchable. Haha..

Sementara saya masih berkutat dengan budget untuk jalan-jalan dan trip kesana kesini, mereka sudah sibuk dengan budget untuk sekolah anak, biaya melahirkan dan lain-lain. Ya mungkin saja jadi memang kurang nyambung ya ngobrolnya, karena kami sudah memiliki perbedaan interest. Karena kalau dalam pikiran saya, mumpung masih muda dan belum menikah, berjalan-jalanlah sebanyak-banyaknya. Hahaha.. Mind set saya mengatakan saya masih muda, sementara (mungkin) kenyataan di belakang saya mengatakan TIDAK.

Not that i think being a wife is a bad think. Hanya saja dari situ saya jadi berpikir :
1. "am i that old?"
2. "am i supposed to be married right now?"
3. "am i supposed to have one kiddo and waiting for another baby to come right now?"
4. "am i that childish? apa saya telat mature? apa saya kurang normal?"
5. dannnnnn lain sebagainya.

Entah ini karena latar belakang budaya atau sindrom middle age, entahlah. Yang jelas, kenapa di umur dua puluh enam tahun ini, saya merasa tua.. dan bodoh.

Haha.. Ya sudahlah..