Hello May! Bulan kelima di tahun 2015. Tahun lalu di bulan ini saya baru saja turun dari Rinjani dan sedang bersiap untuk mendaki Kerinci, tahun ini frekuensi naik gunung agak sedikit berkurang, musim penghujan yang tak kunjung selesai, ditambah pekerjaan yang membludak membuat saya berpikir ulang untuk melakukan pendakian di gunung-gunung yang cukup jauh. Tapi di akhir April saya memutuskan untuk mengambil jatah cuti dan pulang ke Bandung. Ada banyak tempat di Bandung yang bisa kamu kunjungi. Well.. daripada kamu repot-repot mencari info dan membuat rencana untuk mengunjungi Tebing Keraton -- yang sungguh sangat standar pemandangannya dan ramainya bukan main, saya sarankan kamu untuk mengunjungi:
1. Gua Pawon atau Guha Pawon.
Sebenarnya sudah lama sekali saya penasaran dengan tempat ini, sebagai urang bandung asli -- meski sanes urang sunda asli :-P -- saya merasa berkewajiban untuk menyambangi tempat ini. Gua Pawon terletak di Bandung Barat, tepatnya di Cipatat berdampingan dengan Gunung Masigit. Dari Pasteur jaraknya hanya sekitar satu jam saja untuk menuju kesana. Ketika sampai disana, saya langsung terpana melihat kegagahan Gunung Masigit. Rasanya pingin langsung mendaki sampai ke atas, sayangnya saat itu niat saya cuma jalan-jalan memakai sandal cantik. Gunung ini juga sering dijadikan spot untuk wall climbing.
Gunung Masigit yang ganteng dan gagah perkasa |
Gerbang Gua Pawon. Lets go! |
Di sini ada dua spot yang bisa kamu kunjungi, yang pertama adalah Gua Pawon yang kedua Taman Batu atau Stone Garden. Saya sih lebih suka Gua Pawon daripada Stone Garden. Kalau kamu termasuk pejalan yang sering mendaki gunung pasti kamu akan merasa bosan di Stone Garden. Dari Gua Pawon, kamu cukup membayar Rp. 4.000,- untuk masuk ke area Stone Garden. Letaknya tidak jauh dari Gua Pawon, cukup mendaki sekitar 300 m dan kita akan sampai di Stone Garden.
Di Gua Pawon ini juga konon untuk pertama kalinya ditemukan manusia purba yang kemungkinan besar adalah nenek moyangnya orang Sunda. Ketika kita menginjakan kaki ke dalam langsung tercium sengit bau pesing kelalawar. Banyak orang memakai masker karena baunya yang cukup menganggu, tapi lama-lama sih baunya jadi biasa aja, jadi saya sih cuek saja berlama-lama di dalam tanpa memakai penutup hidung.
PS. yang pakai baju kuning itu galaknya bukan main, marah-marah terus karena dipaksa jadi model, tapi berkat kecantikanku akhirnya dia mau..
2. Warung Salse
Okay. Bandung tentunya tidak lepas dari wisata kulinernya dan nongkrong-nongkrong di cafe-cafe yang instagramable haha. Atas rekomendasi teman saya, kemarin saya mendatangi satu tempat makan di daerah Dago Giri, tepatnya di Jalan Dago Giri No. 101, kamu bisa masuk melalui komplek PPR ITB Dago. Letaknya tidak jauh dari Cafe Lawang Wangi. Sepintas memang bangunannya unik, full dengan kaca. Harga makanannya juga tidak mahal-mahal amat, berkisar antara 20-35rb dan minumannya sekitar 20-25rb. Rasanya juga lumayan enak, saya pesan spagheti godog -- yang sayangnya lupa difoto karena saya sudah sangat laparrr -- rasanya err ya kaya mie godog tapi memakai bahan pasta spagheti.
3. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Eh.. ini bukan di Bandung ya? Gimana ya udah ketulis.. seperti kita semua sudah tahu, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau biasa disingkat TNGGP ini letaknya ya dekat Sukabumi, kalau dari Bandung ya bisa naik bus atau atau naik angkutan sejenis ELF, jalur aksesnya ada tiga; via Cibodas, Putri, atau Salabintana. Jalur paling mainstream sih jalur Cibodas, paling sepi Salabintana karena pacetnya luar biasa mengerikan. Pendakian kali ini saya berangkat bersama teman-teman lama saya melalui jalur Cibodas.
Terhitung sudah 3 kali saya mendaki TNGGP, tapi sejujurnya TNGGP tidak pernah jadi favorit saya. Bersebrangan dengan Soe Hok Gie yang menasbihkan kecintaan dalam puisinya "Kucinta kau Mandalawangi.." saya sih kurang suka dengan gunung ini, selain karena jalur batu yang licin dan terjal, menurut saya gunung ini ehehee.. nggak ada indah-indahnya. Ups. Jika kamu ingin mendaki Kerinci, atau Raung, atau Dempo, mungkin TNGGP bisa jadi latihan untuk simulasi pendakian selain persiapan fisik. Selain itu yang paling minus buat saya adalah betapa kotornya gunung ini. Sampah menumpuk dimana-mana, di berbagai spot, belum ditambah kotoran para manusia yang benar-benar malas untuk menggali lubang sedikit saja atau melipir ke semak-semak. Oh ya di gunung ini pula untuk pertama kalinya saya shalat menyembah kotoran manusia. *baca Al-Fatihah sambil nangis*
Ini kisahku ketika naik gunung... aku yang motonya.. *sedih* |