Tuesday, September 25, 2012

newborn priyayis

Yang kadang membuatku bergidik adalah kicauan para intelektual twitter yang terlalu riuh membahana. Seperti gelombang tsunami informasi yang entah mengalir dari laut atau kali. Keluh kesah, sumpah serapah, marah, meski belum jelas apakah betul atau salah, antara fakta atau karangan cerita, sebaris judul tanpa membaca isi berita. Debat politik murahan sembari melempar kelakar, tertawa, bercanda, serupa obrolan antar teman di warung kopi langganan. Di ujung sebelah sana, jauh datang dari sebuah kelana, sebuah laras panjang dengan sengaja menaruh telinganya. Diam dan mencerna. File, save as. 

Dor! Seketika suaranya menghilang di udara. 
Burung yang terus-menerus mencicit akan lebih mudah ditemukan sarangnya.

...