Monday, April 2, 2012

pengalaman pertama memakai koyo

Sudah hampir dua bulan tinggal Jakarta dan bekerja jadi seorang editor yang seringnya nongkrong di depan komputer untuk menulis dan mengedit artikel membuat saya sering mengeluh tidak enak badan. Orang Sunda menyebutnya; sagala karasa. Dari dulu sejak memutuskan menjadi atlet, badan saya yang lumayan perkasa ini sudah sering disiksa macam-macam. Misalnya saja, squat dengan beban di atas 40 kilogram. Well, Im all good, baby! Duduk tegap ala paskibra selama hampir 12 jam di kereta api ekonomi dalam perjalanan ke Yogyakarta saja saya baik-baik saja, tidak kurang suatu apa pun.

Tapi.. duduk diam di belakang meja setiap hari selama hampir delapan jam membuat punggung saya seperti hendak terbelah menjadi dua. Beneran deh. Padahal saya suka menyempatkan stretching sendiri selama beberapa menit. Banyak minum air putih dan banyak omong juga. Yang terakhir ini mungkin memang bakat. Pokoknya segala resep melancarkan syaraf dan darah untuk pekerja kantoran yang seringnya duduk diam sudah saya laksanakan. Hasilnya: nihil. *muka meringis*

Mungkin penyebabnya adalah karena saya kurang olahraga juga akhir-akhir ini. Dulu saya terbiasa ngegym dan berenang minimal dua kali dalam seminggu. Disini? Yaa.. seminggu sekali. Itupun kadang saya tergiur ajakan nongkrong atau karaoke karena.. ahh i dont wanna lose my precious weekend! Ingin bersenang-senang!

So anyway, berhubung saya sedang deadline dan tidak sempat menyambangi tempat pijat terdekat untuk memperbaiki punggung saya yang tidak nyaman ini saya putuskan untuk mencari obat general yang ampuh dan mudah ditemukan. Teman saya, si Sharifa Ainie Goblog menganjurkan saya membeli Balsem Otot Geliga. Konon menurut dia ini ampuh. Tapi ternyata saya tidak menemukan balsem ini di Indomaret terdekat, yang ada malah KOYO. Well.. ok.

Saya belum pernah pakai koyo. Sontak saya langsung terbayang figur Basuki, weseweses-bablas-anginne yang ternyata salah... Itu iklan Antangin, bro. Tertulis jelas di pembungkus bagian depan. Pereda pegal & nyeri otot. Wah, cocok untuk saya. Ada dua jenis koyo keluaran Hansaplast. Yang berwarna kuning itu tertulis HANGAT, yang berwarna oranye tertulis PANAS. Saya ambil dua-duanya.

Read the manual.
Bersihkan bagian tubuh yang terasa sakit, lalu tempelkan Hansaplast koyo. Ganti koyo bila rasa hangat berkurang. Begitu katanya. Mudah, ya?

Saya bersihkan punggung saya dengan handuk basah. Seadanya saja, secara punggung itu susah banget bersihin pakai tangan sendiri. Saya tempelkan satu, lalu diam sebentar menghayati. Kok ga ada sensasi apa-apa ya? Dua menit kemudian, masih tidak terasa ada sensasi hangat/panas. Akhirnya saya buka koyo yang panas lalu saya tempelkan delapan biji sekaligus di punggung saya. Membentuk persegi panjang tidak beraturan. Pokoknya bagian punggung yang pegal. Biar cepat sembuh lah, pikir saya. Lima menit, sepuluh menit. Saya masih sempat bikin roti bakar lalu minum susu.

Tiga puluh menit kemudian... eh ini apa ya? Kok panas lalu gatel. Awalnya tidak terlalu terasa menganggu, lama kelamaan makin panas lalu makin gateeellllllll. Anjrit! Langsung saya tarik tiap koyo yang menempel di punggung saya sembari menggaruk macam monyet panuan. Punggung saya langsung memerah, seperti baru habis berjemur dengan garis-garis melintang hasil ukiran kuku saya yang menggaruk beringas. Sekarang keluhan saya bertambah, selain punggung yang rasanya mau terbelah dua, juga agak perih karena tadi menggaruk terlalu brutal. Oh ya, saya juga sukses meneteskan air mata malam ini, karena ternyata.. nyabutnya aja perih. Man, this is one hell of a killer drug!

Astaga. Obat macam apa ini?

Image and video hosting by TinyPic

ps : beneran deh kayanya gw tuh kurang kerjaan banget, segala rupa ditulis. Hikss..

...