Sunday, November 9, 2014

bandung, sore ini

Dalam bukunya yang sanggup membuat saya tertidur dalam hitungan menit, Miriam Budiardjo pernah menuliskan, "Dalam kelompok, seseorang akan cenderung kehilangan identitasnya." Seperti yang saya lihat sore ini di kota Bandung. Ratusan manusia memenuhi jalan raya, berlagak juara, dan seenaknya. Semuanya atas dasar satu kepemilikan yang sama. Persib juara, begitu katanya. Dan lalu, mereka semua menyeragamkan identitasnya, saya rasa hampir 90% dari mereka memakai warna yang sama; biru. Warna seragam kebesaran tim sepak bola kebanggaan mereka. 

Mereka bertelanjang dada, memblokade ruang publik yang seharusnya digunakan bersama, kemeriahan yang begitu pongah dan membabi-buta, lalu memaki siapa saja yang tak setuju dengannya. Adalah suatu hal yang mengerikan ketika manusia tak lagi punya rasa sungkan, setidaknya saya pikir, itulah satu dari sedikit hal yang membedakanku dengan binatang. 

Namun di sisi lain, adalah hal yang mengagumkan melihat betapa mudahnya untuk mempersatukan begitu banyak manusia dalam satu suara. Betapa kuatnya gelombang mencinta atas dasar sebuah piala. "Bebaskeun!", teriaknya keras, propaganda yang dilontarkan dengan nada penuh sarkas. Mungkin dia belum pernah membaca tulisan Sartre tentang teori kebebasan yang mematikan. Tapi bukan pesta meriah itu yang membuat saya resah, tapi pemandangan itu; wajah-wajah sumringah yang melontar sumpah serapah tanpa paham benar seberapa banyak manusia yang dirugikan oleh ulahnya.

...