Wednesday, December 14, 2016

perempuan and how they spend their money

Pada suatu hari teman perempuan saya curhat. Intinya, dia bilang dia sedang sedih karena saat itu dia sedang dekat dengan seorang laki-laki yang bermaksud untuk meminangnya. Lalu, apa masalahnya? Masalahnya tidak ada, sampai suatu ketika teman dekat si lelaki yang juga mengenal teman saya berkomentar bahwa sebaiknya si lelaki itu tidak meminang teman saya. Alasannya? Karena teman saya ini katanya high maintenance dan gemar belanja. 

Heh? Come again? 

Monday, November 28, 2016

hijab saya: petanda yang melebihi penandanya

 "Galuh pake hijab sekarang?" 
"Errr... enggak.. belum!" 
Iya karena yang saya pakai itu bukan hijab, tapi cuma kain yang dipake buat tutupin kepala. Tapi untuk selanjutnya, kita sebut saja itu hijab. Udah ampir 4 bulan saya pakai hijab. Sebelumnya, setahun terakhir saya lepas-pasang hijab. Biasanya dipakai saat weekend. Masalahnya, kantor saya saat itu ga ngebolehin pegawainya untuk pakai hijab. Dan sebagai newbie dalam dunia perhijaban, saya memang merasa perlu untuk trial and error. (Baca: pake, terus lepas lagi). 

Banyak yang nanya apakah saya pakai hijab setelah menikah alias karena disuruh suami? Jawabannya, enggak. Saya sendiri memang pingin pakai. Dari awal, orang-orang di inner circle saya engga ada yang pernah nyuruh saya pakai jilbab. Baik bapak saya, atau calon suami saya waktu itu yang notabene level keimanannya jauh di atas saya. Hahaha. Pakai jilbab itu berat, jadi kalo cuma karena disuruh orang lain, beratnya bisa nambah dua kali lipat. I did it for myself, simply just because I wanted it to. 

Kenapa saya bilang berat dan kenapa saya baru (belajar) pakai sekarang?

Saturday, October 15, 2016

ketika kelas menengah ngehek mau beli rumah


Saya mau beli rumah. Ralat, kami mau beli rumah. Saya dan suami.

Akhirnya waktu itu telah tiba. Waktu dimana kami harus membuat komitmen yang jauh lebih mengerikan. Tolong dicatat ya, actually, a real commitment is not with a man, but with... a bank. Hiks. Saya masih belum bisa membayangkan punya hutang sekian ratus juta ke bank. Apakah saya bisa tidur nantinya? Entahlah. Saya belum pernah berhutang sedemikian besar. 

Setelah menikah, kata orang, rencana beli rumah mau tak mau harus diwujudkan. Cepat atau lambat, tapi kalau bisa cepat. Kalau tidak sekarang mau kapan? katanya. Nyicil rumah bisa sampai 20 tahun. Sementara saya berencana umur 50 sudah pingin pensiun. Mimpi mengerikan tentang suku bunga KPR yang luar biasa tingginya, lebih horor dari mimpi bertemu sundel bolong atau script yang khas dari Agung Podomoro dengan ancaman yang lebih kejam dari preman Tanah Abang, "Hari senin harga naik!"  

Wednesday, October 12, 2016

tentang ciremai dan kenapa aku tidak menyukainya


People change, and so am I.

Dulu banget, mungkin lima atau empat tahun lalu, saya termasuk ke dalam pendaki yang ngotot banget ngejar puncak. Mau badai kek, ujan gede kek, gempa bumi sekalipun, saya tetap ngotot naik sampai ke puncak. Ngapain coba ke gunung kalau ga sampe puncak? Kan bego.

Tapi ya itu dulu, waktu dulu saya lagi lucu-lucunya, waktu perut masih kentjang-kentjangnya hahaha dan entah kenapa, betul kata orang, as we getting old, those ambitious things starts to disappear. Rasanya udah lama banget saya ga ke gunung bawa carrier segede kulkas, bawa peralatan masak lengkap, bawa logistic buat seminggu meski pendakiannya cuma dua hari, pokonya perut harus kenyang enak di atas. 

Sekarang? Saya cuma senang camping ceria sambil ngopi cantik. Kalau pun mau sampe puncak, saya pengennya tek tok aja, ga usah camping. Saya males bawa carier gede-gede, 28 liter backpack is my new carrier. Terakhir saya ke gunung, ya ke Kinabalu itu, dimana saya ngedaki macam princess, ga bawa apa-apa, sebelumnya kalau ga salah saya ke Gunung Agung, itu pun tek tok juga, saya cuma bawa day pack, sebelumnya lagi ke Gunung Merapi tek tok juga. Pokonya carrier saya ampe lumutan kayanya ga pernah dipake.


Monday, September 19, 2016

august: the declaration of dependence


The most memorable month, to me, to him, and to our family. 

Alhamdulillah. 

As some of you may already know, my wedding is not that perfect. Actually it's even far from perfect. Penyebabnya adalah: HUJAN. Yaaak! Kami kehujanan. Ga kehujanan banget sih, lebih tepatnya gerimis. Hahaha.. Tapi apa boleh buat, the show must go on. Dari awal saya selalu menekankan; yang penting sah, yang penting sah, yang penting sah, well my wish has been granted, the akad actually went very well. Jadi.. dengan diiringi rintik hujan, paduan suara tonggeret dan bau petrichor (ini sebenarnya malah bikin suasana tambah syahdu, sih) bapak saya berhadapan dengan calon suami saya dihadapan saksi, bapak penghulu, saudara, dan teman-teman. And here comes one of the most important moments in my life..

Meanwhile.. back there, saya si pengantin yang duduk terpisah dari majilis akad, sedang sibuk komat-komit berdoa. Berdoa apa, Luh? Berdoa biar ujannya ga makin deras. -____- Asli deh, ini hujan bikin nervous banget. Terus terang aja saya ga punya back up plan. Tempat evakuasi (baca: tempat buat neduh) kalau hujan sih sebenarnya ada, tapi ga asik banget ye, kan? Meskipun Rasul bilang hujan itu adalah waktu-waktu ketika pintu berkah dibuka, tapi ya tetep aja deg-degan sih, takutnya hujan badai dan tamu-tamu kehujanan. Jadi, ketika semua orang sedang sibuk fokus ke meja akad, saya malah fokus mandangin langit berharap gerimis berhenti dan matahari muncul, saya bahkan sama sekali engga nafsu untuk curi-curi pandang ke meja akad. Sampai tiba-tiba saudara yang duduk di sebelah saya teriak, "Alhamdulillah, sudah sah!" 

Eh, apa? 

Sah? Sah! 

Hey! Apa? Aku sudah jadi istri orang!!

Thursday, September 1, 2016

bagaimana cara mendaftar untuk mendaki gunung kinabalu?



Tahun 2013 saya pernah terpaku melihat gallery photo seorang teman di laman facebook. Lanskap gunung berbatu dengan kontur dan bentuk peak yang sangat khas. Gunung Kinabalu. Yeps. Sejak saat itu, saya bermimpi pingin menginjakan kaki ke sana. 

Tapi ya, mimpi aja. 
Karena apa? 
Karena mahal. 
Haha. 

Thursday, August 4, 2016

wedding prep: make up artist, undangan dan tempat mahar


Ok. Delapan hari lagi, pemirsa! *salto dulu ke Zimbabwe* 

#pusing 
#pengenkabur

Oh begini ya rasanya mau kawin? Jadi bridezilla, nggak? Nggak tahu, sih. Kayaknya mau ngamuk pun ga ada waktunya. Lusa, alias lima hari sebelum hari H saya harus ke Malaysia untuk ikut training camp (TC) team hockey untuk persiapan PON di bulan September 2016. Saya baru akan pulang ke Indonesia tiga hari sebelum hari H. Itu pun udah dengan dispensasi besar-besaran buat saya karena seharusnya saya ikut TC selama dua minggu. Emang dasar amsyong, waktu TC ternyata berbarengan dengan waktu nikahan saya.

Sekarang ya tinggal berdoa aja, mudah-mudahan saya enggak bonyok selama TC, memar di badan atau kaki oke lah ya, agak sulit dihindari kalau itu, asal jangan di muka, please.. Hiks.. Belum ditambah saya yang sedang dalam proses resigning di kantor lama dan handover di kantor baru, pokoknya pusing, lah atur waktunya. Ya udah lah, ya, apa boleh buat. Kalau kata Oprah Winfrey, yes you can have it all, but not at the same time, right?

Tuesday, July 12, 2016

kenapa sih harus menikah?

The word 'love' in the Quran appears around 90 times. Anehnya, ga ada satu pun kalimat yang mendeskripsikan apa itu cinta, tapi di setiap ada kata 'cinta' keluar, selalu disambung dengan penjelasan konsekuensi mengenai 'cinta', yakni: to commit. Islam talks about commitment, if you truly love, then you commit, if you do not commit, then your claim of love is not real. - Sheikh Yassir Fazaga


Foto milik Mba Anda Marie 

Rasul katanya pernah bilang, pintu berkah dari langit itu akan terbuka dalam empat situasi; pertama, saat turun hujan, kedua, saat pintu ka'bah dibuka which is ini kayaknya rare moment banget ya? Secara kalau sekarang ka'bah hanya bisa dibuka untuk dimasuki oleh golongan-golongan tertentu (baca: pejabat). Tapi konon jaman dahulu, pintu ka'bah itu dibuka dua kali dalam seminggu dan orang-orang bisa bebas masuk dan shalat di dalam situ. Tapi lagi, entah ka'bah yang mana pula yang dimaksud, jangan-jangan maksudnya adalah baitul makmur, ka'bahnya para malaikat di langit. *mikir* Anyway.. yang ketiga adalah saat seorang anak memandangi orangtuanya dengan penuh kasih. Ini kayanya saya sering dapet, deh. Memandangi dengan kasihan lebih tepatnya, kikikikikk.. Kasian bapak saya batuk mulu sekarang, hiks. Dan yang terakhir, adalah saat dua orang menikah..

Tapi itu kan konon. *facepalm*

Friday, April 22, 2016

yang tersisa di tepi batanghari


Menyaksikan kontruksi yang terpahat begitu apik kadang membuatku bergidik. Bukan karena aura mistis yang banyak orang-orang ceritakan. Tapi tentang betapa mereka membuatnya begitu rapi, begitu teliti. Coba jelaskan, bagaimana bisa mereka merancang arsitektur yang begitu teratur, begitu terukur? Aku dapat merasakan bagaimana gagasan saling bertumbukan, bersinergi dan membuat satu komposisi yang bahkan terasa lebih kuat dari rajutan sosial yang pernah ada di tempat ini. 

Monday, April 18, 2016

wedding prep: wedding photographer bandung


Mari kita kembali ke wedding prep. Haha.. Jadi, apa saja yang wajib hukumnya ada dalam sebuah acara pernikahan selain CPP, CPW, saksi dan wali? Jawabannya adalah FOTOGRAFER YANG HANDAL. Hehehe.. Coba bayangkan, ketika dalam satu hari kamu menghabiskan uang berjuta-juta, apa yang tersisa setelahnya? Doa restu dan angpaw dari tamu tersayang, hmm ya cuma foto-foto lah yang bisa kita pandang-pandangin. Foto yang nanti akan kita kenang sampai tua itu? Atau yang bakal kamu pajang di ruang tengah dan dicetak besar itu? Ya, tanggung-jawabnya ada di wedding photographer yang kamu pilih saat acara pernnikahan. Oleh karena itu, menurut saya wajib hukumnya memilih vendor wedding photographer yang bisa memenuhi request sesuai kemauan kamu. Betul, ga? 

Warning: Post ini akan sangat panjang dan penuh berisi foto-foto. Ya iyalah, namanya juga lagi bahas wedding photographer.

Friday, April 8, 2016

jalan-jalan sebentar ke pulau pari

Tadaaa.. kapal oleng, Capt! 
Alohaaa.. postingan liburan yang sangat telat. Setelah hingar-bingar malam taun baru berakhir, saya memutuskan untuk pergi ke Ujung Kulon. Sengaja saya nunggu peak season liburan berakhir, supaya daerah yang saya tuju, ga padat atau penuh. Kali ini saya pilih Ujung Kulon. Seingat saya, dari tahun 2009 saya sudah ngebet banget pingin kesini, eh alhamdulillah yah.. belum kesampaian tuh. Tahun 2009 itu, entah kenapa mendadak saya ganti haluan malah berangkat ke Karimun Jawa. Eh, kok kejadian lagi sekarang, ya? Alih-alih mau ke Ujung Kulon, H minus satu, saya baru dikabari kalau cuacanya lagi ga bagus. Eh, kebetulan si bebs mau ke Pulau Pari sama temen-temen kantornya. Mungkin karena kuping dia pengang dengerin saya ngomel ga jadi berangkat ke pantai, akhirnya saya diajak ke Pulau Pari di Kepulauan Seribu.

Wednesday, March 23, 2016

wedding prep: souvenir pernikahan unik dan bermanfaat


Hmmm.. setiap saya jadi tamu di kawinan orang, seringnya saya pulang tanpa mengambil souvenir (jika souvenirnya diberikan saat tamu akan pulang). Alasannya? Repot bawanya ahahaha.. Biasanya kalau ke undangan saya cuma bawa tas kecil yang cuma muat handphone sama duit dan lipstik. Makanya kadang suka males kalau harus bawa-bawa souvenir sambil megang piring, sambil berdiri, sambil makan pula. Ahh.. oleh karena itu saya pingin nyari souvenir yang kecil tapi tentunya bermanfaat. Seringnya souvenir pernikahan tuh cuma kaya sekadar syarat doang, alhasil, kok malah cuma jadi 'sampah' di rumah?

Beberapa hari ini saya rajin googling-googling souvenir pernikahan yang unik dan bermanfaat. Budgetnya, ehm, kalau bisa sih di bawah Rp.10.000,- eh sorry, revisi, kalau bisa sih di bawah Rp. 7.000,- eh sorry revisi lagi deh, bisa ga kalau Rp. 5.000,- aja? Ahahaha... berikut ini beberapa yang saya dapat dari hasil pencarian kala istirahat makan siang, sebelum tidur malam, atau di sela-sela bekerja kalau bos saya lagi ga ada. :-D 

Sunday, March 13, 2016

wedding prep: belanja kain di pasar mayestik


Akan datang satu masa di dalam hidup ketika kamu harus menarik napas panjang dalam diam. Mencoba sekuat tenaga untuk berpikir waras dalam ketenangan yang hakiki, meski sulit. Percayalah, sungguh sulit. Sialnya, masa itu datang pada saya di suatu hari yang cerah di Pasar Mayestik.. 

Awalnya saya tidak pernah berpikir macam-macam untuk membuat baju spesifik seperti yang saya idam-idamkan untuk akad dan resepsi pernikahan. Ah nyewa saja, lah, biar praktis. Saya masih berpikir demikian sampai saya melihat baju-baju pengantin yang disewakan sanggar-sanggar pengantin. 

Ya ampun, payet semua. Bling-bling
Renceum kalau kata orang Sunda bilang. 
Saya langsung pening.

Friday, March 11, 2016

wedding, no, its marriage preparation

foto dari sini 

H minus lima bulan prior to wedding day. Persiapannya gimana, Luh? Alhamdulillah yah, baru venue aja yang udah deal, yang lainnya masih mikir-mikir. Hahaha. Anwyay, yang namanya wedding preparation, selain kerusuhan cari vendor-vendor yang cocok, here comes the most crucial thing (for me); 

Jadi, gimana caranya jadi istri yang baik? Hahaha. 

Atau mungkin lebih pas kalau disebut marriage preparation kali ya? Which is menurut saya, ini jauh jauh jauh lebih penting daripada all the jazz and glitters yang ada di wedding preparation. 

Dengan adanya wacana menikah ini, akhir-akhir ini saya jadi senang baca-baca hal-hal yang berhubungan dengan hukum pernikahan dalam agama Islam, sunnah-sunnah yang sebaiknya dijalankan, the do's the don'ts endsbrey endesbrey. Well, at the very least, i have to know what kind of monster ill be dealing with, right? Jangan heran, ya, ilmu saya masih cetek banget.

Monday, January 18, 2016

daftar tempat resepsi pernikahan outdoor di bandung: in search of the perfect wedding venue

Well.. here's the breaking news *drum roll* i am getting married this year (Insya Allah). Wacana menikah ini baru muncul di akhir tahun 2015, itu pun terpikir karena tiba-tiba pelatih saya melontarkan pertanyaan, "Ada rencana menikah tahun 2016? Jangan hamil dulu ya, sampai PON bulan September," and i was like.. oh iya ya, nikah. Eh, lama ya, bulan September? Hahaha.. Setelah pertimbangan plus berantem diskusi alot sama pasangan, akhirnya kami pun memutuskan untuk menikah. 

Terus terang, saya bukan penggemar kegiatan membuang-buang uang dalam jumlah yang besar dalam satu hari saja (baca: resepsi), saya bahkan ga terpikir mau pakai baju apa, bunganya mau kaya apa, pelaminannya apa, maharnya apa, rasanya cuma pingin bilang, "Bisa ga sih kita nikah di KUA aja? Satu jam kelar urusan. Oh ya, maharnya sepeda gunung ya sayaang.." jawabannya ENGGA BISA SHAYYYY. Alasannya cukup panjang kalo mau dijabarkan. Pokonya ternyata ga bisa, hiks.. 

Sebetulnya, saya pun agak malas gimana gitu dengan konsep resepsi pernikahan. The idea of me being in the spotlight pretty much scares me. I do not like being in the situation where all eyes are on me. Gimana kalau gigi aku ada cabenya? Gimana kalau aku jatuh terus bajunya robek? Gimana kalau tiba-tiba aku muntah? Gimana kalau muka aku jelek? Atau muka aku batak banget? Gimana kalau tiba-tiba ada gempa bumi, terus pelaminannya runtuh dan aku masuk koran? Ok stop. There are just too many what ifs and bad thoughts, i am about to shut my evil brain.