Sunday, September 6, 2009

Setengah Tiga

Ditemani pukul dua ditambah tiga puluh lima menit.
Kira-kira pukul berapa itu ya?
Mungkin setengah tiga.

Tiba-tiba saja takut sekali sakit.
Seharusnya aku tahu sih//
Aku kan berteman baik.
Dengan
asap tembus pandang yang sering menari di udara
mata terbuka yang menatap layar sampai pagi buta

lalu juga
angin malam,
sering sekali
aku
lupa
menutup
jendela.

lalu juga
minuman
dalam
botol
yang
bisa
dibeli
lima
ribu
rupiah
dapat
dua.

Tuhan, aku tidak mau sakit.

Umurku baru dua puluh lima.

Tolonglah sedikit saja.

Aku tidak mau mati muda.

Setelah Ini Apa?

Suara keras menghentak seperti mengagetkan aku.
Dari balik jendela itu, di persimpangan jalan.
Anehnya jalanan itu sepi.
Pergi kemana ya mereka?
Terlalu cepat bergerak atau aku yang terlalu lambat?


..

..


Aku masih belum tahu.

Insomnia Semangka

Hmm.. sedang insomnia.
Sebenar-benarnya tidak tahu harus berbuat apa.

Di sebelah sana, ujung dekat foto Kapiten Pattimura, lagi-lagi saya melihatnya.
Semangka merah terlalu muda untuk dimakan, sepertinya tak karuan rasanya.
Tapi tokh, kamu tetap suka ya?

Apa benar dia betina?
Atau hanya hermaprodit yang jenaka?

Semangka itu tergeletak begitu saja.
Dia memang tidak bicara, tapi dia merah muda.

Hmm.. dan kamu selalu suka sesuatu yang muda.

Akankah lebih bijaksana kalau kamu diam duduk dan berpikir sebentar saja?

Ah ya.. mereka bilang kamu oportunis. Kamu yang selalu bermodal kalimat manis.

Kadang suaramu terengah, seperti anjing kegirangan di lautan bekas indomie goreng tetangga.

Ya, kamu selalu suka bau yang tak berupa. Seperti mereka.

Akankah lebih bijaksana kalau kamu diam duduk dan berpikir sebentar saja?

Hmm..

Maaf kalau aku terlalu banyak bicara.

Insomnia ini terlalu menyiksa..

Ya Tuhan, sebaiknya memang aku diam saja.