Wednesday, January 11, 2012

red lights, grey morning


Ngayogyakarta, entah kenapa saya selalu jatuh cinta dengan kota ini..

Image and video hosting by TinyPic

Kalau dihitung, mungkin saya sudah sering sekali menginjakan kaki di Yogyakarta. Apalagi dulu kakak saya kuliah di UGM, hampir tiap liburan semesteran rasanya saya mengabiskan waktu di Yogya, lalu juga ada beberapa pertandingan hockey yang diselenggarakan di sini, membuat saya sangat mengenal rupa kota sederhana yang adiktif ini.

Mulai dari gaya bicara penduduknya yang sangat kental logat Jawanya, "Maaf pak, bisa minta asbak?", "Apa mbak?", "Asbak, Pak!",
"Hah?", "Asbaakk, pak!", "Oooh AASSBUUUAAA' hahaha!" yang selalu membuat saya ketawa cekikian, entahlah padahal tidak lucu-lucu amat. Hihi

Nah, dari sekian banyak kunjungan saya ke Yogyakarta rasa-rasanya saya belum pernah bertandang officially as a tourist begitu, hmm yang ada kalau saya kesana malah nongkrong di cafe-cafe yang lagi happening berat gitu deh *alah* atau ya ujung-ujungnya.. mabok. Hauahuahaa... eh tapi itu dulu.. semasa masih muda.. dan bodoh. Makanya di kunjungan yang ini saya senang banget karena akhirnya bisa mengunjungi tempat-tempat wisata di Jogja. Candi Borobudur sih dulu sebenarnya udah pernah waktu kecil, tapi ga ada salahnya juga main kesini lagi, tapi kok jadi terlihat lebih kecil ya sekarang? Dan kayanya saya udah hilang hasrat untuk memanjat candi Borobudur sampe atas. Well you know, the age matter. :))

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Ini keraton Yogyakarta yang terkenal itu lhoo.. haha sebenarnya agak boring masuk kesini. Museum-museumnya cupu dan kurang informatif, terus juga banyak banget ruangan yang kita ga boleh masuk.

Image and video hosting by TinyPic

Selesai jalan-jalan di dalam keraton saya makan siang di Bale Raos, restoran keraton yang konon kokinya ini adalah koki yang sama dengan koki yang memasak makanan sehari-hari buat keluarga keraton. Menu-menu yang disajikan pun adalah menu andalan kesukaan keluarga keraton. Nama-nama menu masakannya aneh-aneh dan terlihat lumayan menggugah selera, harganya? Hmm.. untuk resto sekelas kota di Jogja memang agak mahal, tapi kalo dibandingkan dengan harga makanan di cafe-cafe di Bandung atau Jakarta ya mirip-mirip lah. Satu porsi gudeg lengkap itu kalau tidak salah Rp. 45.000,-

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Rasanya? Wew. Jauh lebih enak Gudeg Abiyoso yang di Jl. Pejompongan huahuahaa.. Ya tapi mungkin emang beda lidah dan selera juga kali yee. *takut disantet abdi dalem*

Image and video hosting by TinyPic

Yang saya paling suka dari kunjungan kali ini yakni, Ullen Sentalu. Wah ini baru oke nih. Museum seni dan budaya jawa ini terletak di wisata Kaliurang tepatnya di dalam Taman Kaswargan. Saya suka lukisan-lukisan minyak dengan gaya realis yang dibikin dari foto-foto para tokoh-tokoh keraton jaman dulu, lalu juga ada puisi-puisi putri keraton yang hobinya galau karena naksir rakyat jelata. Hahaha. So memorable. Sayangnya tidak diperbolehkan memotret di dalam ruangan museum, jadi saya tidak punya satupun foto Ullen Sentalu. Kalau kamu penasaran, sepertinya memang harus langsung datang kesana. :)

Tujuan berikutnya, diantar seorang teman asli Jogja, saya diajak nongkrong di angkringan yang ternyata lagi hype abeessh, yakni : Angkringan Raminten. Raminten ini ternyata ownernya adalah dirut Mirota Batik, seorang laki-laki yang bertransformasi menjadi seorang perempuan. Ahay. Kalau kamu berkunjung ke angkringan Raminten atau Mirota, kamu bisa melihat banyak foto postcard dia memakai kebaya ala kabaret. Hihihi..

Image and video hosting by TinyPic

Menu makanannya ya semacam angkringan biasa, nasi kucing, sate telor puyuh, sate ati ampela. Harganya murah meriah tapi peminatnya juga banyak banget, kalau kamu kesini saat weekend bisa dipastikan kamu harus menunggu satu jam untuk dapat meja. -,-

Oh ya memotret disini susyehh minta ampun. Seperti angkringan-angkringan pada umumnya, cahayanya minimalis abis. Berhubung saya ga suka motret pake flash dan ga bawa tripod juga jadi beginilah hasil fotonya, minus tangan tremor. :p

Image and video hosting by TinyPic

Next destination, Ramayana Ballet Prambanan. Pentas tari Ramayana yang mengadopsi kisah Rama dan Shinta. Tiket kelas dua dibanderol Rp. 100.000,- semestinya sih lebih oke kalau dipentaskan di depan candi Prambanan, sayangnya saat saya kesana sedang hujan gerimis, alhasil tarian ini dipentaskan di dalam ruangan.

Image and video hosting by TinyPic

Ini Shinta yang sedang galau, ditinggal Rama yang ditipu oleh Rahwana. :)

By the way, oh look how ugly all of these photos with my watermark on it. Shisshh. :(

PS : Sebel ya kalau ke toilet umum yang ngebanderol harga beda buat buang air besar dan buang air kecil. Buang air besar Rp. 2000,- buang air kecil Rp. 1.000,- kan malu tuh pas keluar wc, bayar pake Rp. 5.000,- dibalikin Rp. 4.000,- mau jujur malu,"Lah Mas, saya kan abis boker." Apalagi kalo kebetulan ada yang ganteng lagi mau bayar juga. Mau bohong, dihh Galuh, lu nimpe seribu perak? Najong ah. Samain aja napa sih ya? Aneh-aneh aja.

...