Friday, July 12, 2013

bad thought(s)

-- And when that person has ugly thoughts every day, every week, every year, the face gets uglier and uglier until it gets so ugly you can hardly bear to look at it. - Roald Dahl

How many bad thoughts do you have to string together to end up having a bad day? Aku sering. Rasanya aku memang punya masalah dengan pikiran buruk. Ralat. Bukan masalah, malah. Yang benar, aku berteman akrab dengannya. Berarti bisa dibilang, aku tidak pernah punya masalah dengannya. Pikiran buruk adalah pelindungku. Seorang teman yang selalu jujur, menamparku keras, menendangku kencang, sampai aku megap-megap sesak napas. Tapi aku suka -- setidaknya dia tidak pernah berbohong. Eh, tapi sebenarnya seringnya malah dia berbohong sih, karena yang terjadi pada kenyataannya seringnya sih tidak seburuk yang dia gambarkan. Tapi aku tetap suka, setidaknya dia tidak pernah menawarkan racun berlumur gula.

Suatu ketika aku sedang berpetualang dengan seorang teman. Di atas sebuah air terjun yang cukup tinggi dia menantangku untuk terjun bebas. "Berani?" katanya dengan mata mengilat. Kubilang, "Sudah gila ya? Apa kau tahu di bawah sana ada apa saja? Berapa kedalaman airnya? Semua tertutup air. Bagaimana ketika kau terjun, batu keras sudah menunggumu? Hancurlah kepalamu. Bisa jadi di bawah sana ada buaya yang sedang tertidur, lalu ketika kau jatuh bebas, terbangunlah ia. Dan segara ini akan segera berubah jadi merah. Oleh darahmu. Tahu kau?" Seperti biasa dia akan menatapku dengan tatapan aneh. Pada akhirnya temanku terjun bebas. Dan dia baik-baik saja. Tidak ada batu keras, tidak ada buaya.    

Atau -- ketika aku diputuskan oleh pacarku. Saat itu yang langsung terpikirkan olehku adalah sebuah skenario tentang hidup seorang diri sampai umur 63. Kenapa 63? Entahlah, aku tidak suka angka 70. Lalu kepalaku langsung menampilkan berbagai macam varian anjing atau kucing yang lucu. Mungkin aku akan membeli husky, atau retriever. Lalu hidup bahagia bersamanya sampai aku tua, sakit-sakitan dan menyebalkan. Ya, begitu saja.

Rasanya aku lebih nyaman berpikir tentang hal-hal terburuk yang akan menimpaku. Karena kupikir harapan itu mematikan. Aku sudah kapok. Setiap aku membayangkan yang indah-indah, kupikir Tuhan akan menertawakanku. "Haha maunyee.." mungkin begitu komentarnya. Tapi malam ini kupikir-pikir lagi sebelum aku pergi tidur. Kau tahu? Situasi dimana kau terlalu sering dituduh yang bukan-bukan, sampai akhirnya kau mencapai klimaks kekesalan dan akhirnya dengan sengaja malah melakukan yang dituduhkan?

Nah, aku sedang takut Tuhan mulai mencapai klimaksnya.  
 

...