Wednesday, August 1, 2012

sekolah kartini


Bahagia ternyata mau juga mampir di pinggir rel kereta.




Ada yang aneh dari anak-anak ini, mereka tidak ada yang cengeng. Jangan bayangkan baby sitter ras melayu dengan kulit terbakar yang membawa tas sekolah serta botol air minum yang selalu siap sedia, berlagak manja tak ada jatahnya untuk mereka. Makan siang mereka cukup tempe dan telur yang dimasak bersama dalam kuali raksasa. Gadget mereka adalah pinsil dan buku yang harus mereka ulik terus-menerus, mampu membaca dan menulis adalah suatu terobosan besar yang membanggakan keluarga.

Gaya bercanda mereka adalah, 'bego lu' atau 'anjing lu' disusul bogem mentah yang mendarat manis di pinggul sebelah kiri. Ajaibnya, mereka tetap punya sorot mata yang sama, mata yang bersih dan sederhana, menatap lugas tanpa penuh prasangka, lalu ada tawa istimewa entah macam apa, saya tak mampu menerjemahkannya.  Esensi edukasi untuk mereka adalah berlatih mengasah nyali, memberanikan diri untuk tetap belajar bermimpi di sebuah koloni yang tak dianggap ada lagi. Di sudut utara ibukota yang terabai kepala mereka ditempa; ingat ya, kamu tidak boleh berhenti di nyaris saja.

Sekolah darurat; (noun) satu ruang pengap yang disesaki jutaan harap.

...