Monday, March 19, 2012
seaorgasm
Saya bermimpi tentang pasir pantai lalu berenang di lautan. Menyelam sampai dasar, sunyi, hening, hanya melihat sebaris cahaya tanpa riuh rendah. Mencandai sekelompok ikan yang bersembunyi di balik terumbu karang hingga berhamburan berbalap-balapan. Lalu kembali ke darat dengan lelah dan punggung yang terbakar hebat. Sebatang rokok marlboro putih yang menyelip diantara bibir, sembari kerepotan membawa fins dan google, merapikannya dengan tergesa. Tak sabar ingin segera meminum es rumput laut dingin atau mungkin es kelapa muda yang dagingnya seperti ingus meler di bawah hidung bocah berusia lima tahun.
Berlama-lama di bawah hingga terasa sensasi asin memenuhi kerongkongan. Rindu membersihkan kulit kepala yang penuh dengan gumpalan pasir, jalinan rambut yang semakin memerah. Sungguh, saya tak pernah keberatan jadi gembel di lautan. Muka berwarna tomat meringis menahan pedih di paha yang berdarah tergurat karang yang kasar. Duduk disisi perahu paling depan, mencoba menyentuh air laut dengan ujung kaki yang kencang terbawa mesin yamaha 15dk.
Aahh... Seaorgasm. Kapan saya bisa menyentuhmu lagi? Menelanjangimu sampai hidung saya perih dan kehabisan nafas. Meniduri setiap bulir pasir yang berbekas kasar di tumit belakang. Menikmati matahari menjauh perlahan meninggalkan bekasnya yang hangat di perpaduan langit dan daratan.
sayup-sayup suara Bono meraung-raung membangunkan saya, katanya;
what you dont have you dont need it now!
Ok. Baiklah, Mas Bono.
...
what you dont have you dont need it now!
Ok. Baiklah, Mas Bono.
...
Subscribe to:
Posts (Atom)