Monday, September 13, 2021

maaf banda neira, kali ini yang patah tidak akan tumbuh lagi dan tak akan pernah terganti

Di dalam blog ini, ada beberapa postingan yang khusus aku dedikasikan untuk Papa. Beberapa cerita lucu, beberapa puitis, tapi ketika Papa meninggal, anehnya aku malah tidak tahu harus menulis apa. Aku pikir menulis obiturari untuk seseorang yang kita cintai akan sangat mudah, tapi ternyata malah lebih susah.

Rabu 1 September 2021, Rabu yang akan aku ingat seumur hidupku. 

"Keluarga Bapak Zulkifli?" satpam yang menjaga pintu ruang ICU tiba-tiba berteriak memecah keheningan di ruang tunggu. Dari raut mukanya aku sudah tahu, malaikat Izrail malam itu akan bertamu ke ruang ICU. 

*

Di tangga rumah sakit Advent pukul 21.35 malam, aku terduduk sendiri, lemas, melongo, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Lorong gelap rumah sakit yang sepi dengan jejeran tabung gas tinggi yang terkesan suram, tak ada seorang pun di sana. Loket-loket kosong, hospital bed tak berpenghuni dan toilet yang terbuka pintunya. Normalnya mungkin aku akan takut duduk di situ sendirian. Tapi malam itu, hal yang paling aku takutkan dalam hidupku baru saja terjadi. Tidak ada ketakutan-ketakutan lain yang bisa menandingi.