Hasil hunting tiket gratis dari AirAsia tahun kemarin saya pergunakan untuk menginjakan kaki di Gili - Lombok - Nusa Tenggara Barat. Cukup lumayan juga waktu yang dibutuhkan, kurang lebih perjalanan saya kali ini memakan waktu 8 hari. Kalau kamu berstatus pegawai yang belum juga setahun bekerja, sudah lupakan saja rencana untuk mengunjungi Lombok. Waktu yang dibutuhkan menurut saya sih paling efektif adalah 4-5 hari. Dari delapan hari yang saya punya kemarin, dimulai dari CGK-DPS-CGK, saya menghabiskan waktu di Lombok 5 hari dan Bali 3 hari.
salah satu sudut pantai di Gili Trawangan
Pesawat saya mendarat di Bali pada pukul 7.20 WITA. Kami langsung menelusuri Poppies 2 (otomatis mencari yang termurah, hostel/losmen untuk backpacker kere macam kami) FYI rata-rata losmen/hostel backpacker di Bali tidak bisa menggunakan sistem booking, go show dan bismillah adalah jalan paling tepat. :p Honestly, dari total kunjungan saya ke Bali sebanyak empat kali, baru kali inilah saya benar-benar merasakan datang ke Bali sebagai backpacker. Selain bahwa saya bukan salah satu penggemar Bali, setiap ke Bali kedatangan saya selalu bersama keluarga atau teman-teman yang tidak bisa dicap backpacker, tinggal di tempat murah yang jelas bukan pilihan mereka. Hehe..
Hasilnya? Hmm.. (sedikit) mengecewakan. Kami mendapatkan kamar termurah di Kuta, seharga Rp. 100.000,- per kamar. Kamar berisi dua tempat tidur single (twin) atau double. Kamar juga bisa diisi tiga orang tanpa dikenai charge tambahan, sudah dilengkapi kamar mandi dan fan. Sayangnya, kamar kami jendelanya rusak tidak bisa dikunci, lalu teman saya di kamar yang lain mendapati seprainya terdapat noda (yang sepertinya) darah. Yikes. Tapi apa boleh buat. You get what you paid, right? Tinggal tutupi seprai dengan kain/sarung, beres deh. :)
Makanan paling enak kalau kamu menginap di Poppies 2 adalah Warung Indonesia. This one is totally recommended. Menunya nasi campur dengan lauk yang beraneka macam. Enak dan sangat murah. Hari pertama kami di Bali malah hedon dan hura-hura haha.. maklum ada teman dalam rombongan kami yang merasa tak lengkap rasanya ke Bali tanpa berpesta :p Untuk yang ini saya kayanya belum terlalu expert merekomendasikan tempat-tempat yang oke. Terakhir saya dugem di Bali adalah tahun 2006 di Hard Rock Cafe haha so yesterday ya? Tapi Sky Garden lumayan menarik, walaupun dicharge IDR 50.000,- /person langsung bisa ditukar dengan minuman dan tempatnya tak membosankan. Atau Apache dengan promo buy get one free nya juga cukup menarik. Intinya banyak kok tempat menarik di Legian bagi yang mau hedon, yang perlu dicermati hanya satu (buat saya pribadi) : bule-bule mabuk yang menyebalkan. Yuck.
Malam itu juga kami mencari travel agen yang menyediakn shuttle bus langsung ke Gili Trawangan. Sebenarnya akan lebih murah apabila menggunakan jalur ngeteng, alias naek angkot/mobil charteran sampai Padang Bai, lalu naik ferry menuju Pelabuhan Lembar, namun dengan perhitungan quota kami yang hanya berjumlah lima orang, serta kebanyakan dari kami adalah perempuan, kami putuskan untuk menggunakan jasa shuttle bus. Jasa shuttle bus dari Legian menuju Gili umumnya adalah IDR 180.000,-/person, namun dengan kemampuan saya menawar (agak) sadis plus wardrobe mahasiswa semester awal dan muka prihatin, "Bli.. mahasiswa nih bli.. harganya dong Bli..", akhirnya kami mendapatkan harga IDR 140.000,- /person. Total PP adala Rp. 280.000,- Lumayan boy, bisa dipake buat makan. :p
Shuttle bus menuju Gili berangkat setiap jam 07.00 pagi. Service termasuk penjemputan dari hotel sampai dermaga Gili yang dituju (Air, Trawangan atau Meno). Walaupun namanya shuttle bus, jangan salah paham ya, bus yang dimaksud adalah mobil ELF 300 atau sejenis mobil-mobil travel. Kurang lebih dua jam perjalanan menuju Padang Bai, lalu kita akan diturunkan di Pelabuhan dan menunggu sampai ferry datang. Ferry berangkat jam 12.00 siang, lumayan juga waktu yang dipergunakan untuk menunggu.
Pemandangan dari Pelabuhan menuju bangsal.
Setibanya di Pelabuhan Lembar, perjalanan dengan ferry kurang lebih memakan waktu 4-4.5 jam tergantung ombak dan cuaca saat itu, kami dijemput dengan mobil travel dan diantar ke Bangsal. Bangsal adalah dermaga kapal-kapal kecil yang nantiknya akan mengantar kita ke Gili. Suatu kebetulan yang menguntungkan, di ferry teman kami berkenalan dengan seorang pemuda Mataram asli haha.. dari dia kami mendapatkan info tempat menginap termurah di Gili Trawangan. Namanya Bungalow Hantu. Walaupun namanya sedikit aneh tapi tempatnya nyaman dan bersih. Harga perkamar hanya IDR 80.000,- dengan tempat tidur double. Meskipun kamar diisi oleh tiga orang juga tidak dikenai charge tambahan. Hoorayy! Tempatnya memang tidak di pinggir pantai, tapi sangat dekat ke pantai.
Oh ya, saat sedang menunggu di bangsal kami melihat pengantin yang diarak berjalan kaki di tengah jalan. Ternyata adat Lombok mengharuskan pengantin yang sudah resmi menikah, untuk diarak dengan berjalan kaki menuju ke rumah penganti perempuan. Yang lucu, arak-arakan ini diiringi dengan organ tunggal yang memainkan lagu dangdut. :))
Pengantin yang di arak oleh warga :)
Perjalanan dari Bangsal menuju Gili Trawangan memakan waktu sekitar 30 menit saja. Setiba di sana kami langsung bertanya pada penduduk setempat mengenai lokasi Bungalow Hantu. Penjaga bungalow ini juga baik dan ramah, walaupun sering sekali dia bangun terlalu siang, sehingga kami sering kesulitan mencari air panas untuk bikin kopi di pagi hari hehe.. Di Gili tidak diperbolehkan menggunakan alat transportasi yang menggunakan mesin (kecuali perahu tentunya) sehingga alat transportasi disini hanya ada dua jenis : sepeda dan delman. Penyewaan sepeda rata-rata berkisar Rp. 45.000,- sampai Rp. 50.000,- untungnya mas penjaga Bungalow Hantu mau memberikan harga murah untuk penyewaan sepeda sebesar Rp. 35.000,- saja.
Mengendarai sepeda di Gili gampang-gampang susah.
Ada beberapa jalan yang tidak bisa dilalui sepeda karena terlalu berpasir, mau tak mau harus turun dari sepeda.
Me, was trying to capture my favorite ice cream place.
Gelato Rp. 15.000,-
Gerai-gerai tour agent yang menawarkan berbagai macam paket mulai dari tur komodo hingga rinjani dapat ditemui di sepanjang jalan Gili Trawangan. Berhubung waktu kami hanya 5 hari, kami hanya memilih paket tour snorkeling tiga pulau dengan glass bottom boat yang dibanderol Rp. 100.000,- dan lagi-lagi kami tawar hingga Rp. 85.000,- hehe. FYI tur komodo berkisar 1.5 - 1.8 juta rupiah 4hari 3malam onboard all in, sedangkan tour rinjani Rp. 800.000-Rp. 1 juta. Tergantung kemampuan kamu menawar ya. :)
Pulau Gili Trawangan sungguh di luar dugaan saya. Pulau ini sangat modern! Haha walaupun tidak ada kendaraan bermotor, pulau ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap, mulai dari klinik 24 jam, toko baju Vintage, toko buku hingga atm berbagai macam bank bersebaran di mana-mana. Baru kali ini rasanya saya mengunjungi pulau sekecil ini yang memiliki atm.
Hari pertama karena kami tiba selepas maghrib, kami hanya check in di Bungalow Hantu lalu mandi dan berjalan-jalan sembari mencari makan malam. Setiap malam, tepat di pintu dermaga Gili Trawangan terdapat sejenis night market yang menjual makanan. Murah-murah dan enak, mulai dari sea food hingga mie ayam. Hiburan lain di pulau Gili Trawangan adalah menonton film di layar besar, kira-kira semacam layar tancap haha.. cukup membeli makanan atau minuman, kamu sudah bisa menonton film di pinggir pantai sambil tidur-tiduran.
Hari kedua kami memutuskan untuk bersepeda memutari Gili Trawangan. Kira-kira dibutuhkan waktu hampir satu jam untuk mengelilingi seluruh Gili. Setelah itu kami beristirahat di sebuah warung yang menjual kelapa muda sambil berenang di pantai. Pantainya sangat sepi dan bersih. Mudah sekali menemukan mama penyu disini. :)
Hari ketiga kami mengikuti tour snorkeling di tiga pulau (Trawangan, Meno, Air). Tour ini dimulai pukul 10.30 hingga 14.30. Underwater ketiga gili ini menurut saya tidak terlalu istimewa, sudah lumayan banyak yang hancur, walau tidak separah pulau seribu. Kelebihannya mungkin karena banyak sekali penyu disini. Selesai mengikuti tour kami kembali ke Bungalow Hantu, mandi lalu berangkat menuju Gili Trawangan Hill untuk melihat sunset.
Perjalanan mendaki menuju puncak bukit bisa dicapai dalam waktu kurang lebih lima belas menit saja. Tidak terlalu jauh kok untuk sampai puncak dan puas sekali rasanya melihat sunset di Gili dari atas bukit. Ah-ma-zing!
and.. you'll see this greatest view. Tadaa..
Catatan penting :
1.) Orang-orang di pelabuhan Padang Bai itu menyebalkan luar biasa. Mereka lebih menghargai turis mancanegara dibanding turis lokal. Bisa dipahami, setelah saya perhatikan turis domestik di Gili mungkin hanya berkisar 10% saja, sisanya adalah turis mancanegara. Ironic.
2.) Hati-hati dengan porter yang suka main angkut ransel/koper, mereka dengan seenaknya mengangkut seakan itu adalah bagian servis travel agent yang kami sewa. Nyatanya setelah sampai di ferry mereka meminta bayaran IDR. 50.000,- dan mereka tidak mau dibayar kurang dari itu. Zzz..
3.) Harga-harga di mini market di Gili Trawangan sangat mahal. Semisal, sampo Clear berukuran 100 ml dibanderol Rp. 30-40rb Minuman soda kaleng Rp. 10-15 ribu, bir bintang kecil Rp. 20rb dll bisa dimaklumi karena akses masuk ke pulau ini juga tidak murah.
Hari keempat kami pulang menggunakan shuttle boat pada pukul 8 pagi, sudah termasuk dalam biaya Rp. 140.000,- sesampai di Bangsal kami diantar oleh travel agen kami menuju Senggigi dan menginap semalam disana.
Pantai Senggigi, dulunya adalah salah satu pantai favorit di Lombok. Namun ketika kami sampai disana, Senggigi sangat sepi dan ternyata pantainya kotor sekali. Sampah berserakan di sepanjang pesisir pantai. :( Turis pun sangat sedikit sekali jumlahnya. Jam delapan malam, Senggigi terkena pemadaman listrik dan kami pun mati gaya. -_- Ternyata perihal pemadaman listrik ini memang sudah sering terjadi di Senggigi. Bahkan pedagang kaki lima pun sudah sedia genset. Alamak..
the dirty Senggigi..
Sehari di Senggigi, keesokan harinya kami langsung bertolak menuju Bali. Masih menggunakan shuttle bus yang sama. Ada salah satu kejadian menyebalkan setibanya kami di Padang Bai, Bali. Saat itu saya dalam keadaan kebelet pipis, lalu saya berkata pada staff tur agen kami di Bali untuk permisi ke toilet, eh dia menjawab dengan semena-mena, "Kamu orang lokal diem aja deh tunggu sini."
Man, WHAT THE FUCK? Gggrhhh.. seriusan deh, kalo si Bli itu temennya ga banyak, saya mau deh berantem satu lawan satu. -_- Seperti saya sebutkan satu di atas, jarang sekali turis lokal yang berkunjung ke Gili. Dalam ferry saja, sepertinya kami hanya satu-satunya turis lokal, yang lainnya kebanyakan turis Australia dan Eropa.
Hasilnya? Hmm.. (sedikit) mengecewakan. Kami mendapatkan kamar termurah di Kuta, seharga Rp. 100.000,- per kamar. Kamar berisi dua tempat tidur single (twin) atau double. Kamar juga bisa diisi tiga orang tanpa dikenai charge tambahan, sudah dilengkapi kamar mandi dan fan. Sayangnya, kamar kami jendelanya rusak tidak bisa dikunci, lalu teman saya di kamar yang lain mendapati seprainya terdapat noda (yang sepertinya) darah. Yikes. Tapi apa boleh buat. You get what you paid, right? Tinggal tutupi seprai dengan kain/sarung, beres deh. :)
Makanan paling enak kalau kamu menginap di Poppies 2 adalah Warung Indonesia. This one is totally recommended. Menunya nasi campur dengan lauk yang beraneka macam. Enak dan sangat murah. Hari pertama kami di Bali malah hedon dan hura-hura haha.. maklum ada teman dalam rombongan kami yang merasa tak lengkap rasanya ke Bali tanpa berpesta :p Untuk yang ini saya kayanya belum terlalu expert merekomendasikan tempat-tempat yang oke. Terakhir saya dugem di Bali adalah tahun 2006 di Hard Rock Cafe haha so yesterday ya? Tapi Sky Garden lumayan menarik, walaupun dicharge IDR 50.000,- /person langsung bisa ditukar dengan minuman dan tempatnya tak membosankan. Atau Apache dengan promo buy get one free nya juga cukup menarik. Intinya banyak kok tempat menarik di Legian bagi yang mau hedon, yang perlu dicermati hanya satu (buat saya pribadi) : bule-bule mabuk yang menyebalkan. Yuck.
Malam itu juga kami mencari travel agen yang menyediakn shuttle bus langsung ke Gili Trawangan. Sebenarnya akan lebih murah apabila menggunakan jalur ngeteng, alias naek angkot/mobil charteran sampai Padang Bai, lalu naik ferry menuju Pelabuhan Lembar, namun dengan perhitungan quota kami yang hanya berjumlah lima orang, serta kebanyakan dari kami adalah perempuan, kami putuskan untuk menggunakan jasa shuttle bus. Jasa shuttle bus dari Legian menuju Gili umumnya adalah IDR 180.000,-/person, namun dengan kemampuan saya menawar (agak) sadis plus wardrobe mahasiswa semester awal dan muka prihatin, "Bli.. mahasiswa nih bli.. harganya dong Bli..", akhirnya kami mendapatkan harga IDR 140.000,- /person. Total PP adala Rp. 280.000,- Lumayan boy, bisa dipake buat makan. :p
Shuttle bus menuju Gili berangkat setiap jam 07.00 pagi. Service termasuk penjemputan dari hotel sampai dermaga Gili yang dituju (Air, Trawangan atau Meno). Walaupun namanya shuttle bus, jangan salah paham ya, bus yang dimaksud adalah mobil ELF 300 atau sejenis mobil-mobil travel. Kurang lebih dua jam perjalanan menuju Padang Bai, lalu kita akan diturunkan di Pelabuhan dan menunggu sampai ferry datang. Ferry berangkat jam 12.00 siang, lumayan juga waktu yang dipergunakan untuk menunggu.
Pemandangan dari Pelabuhan menuju bangsal.
Setibanya di Pelabuhan Lembar, perjalanan dengan ferry kurang lebih memakan waktu 4-4.5 jam tergantung ombak dan cuaca saat itu, kami dijemput dengan mobil travel dan diantar ke Bangsal. Bangsal adalah dermaga kapal-kapal kecil yang nantiknya akan mengantar kita ke Gili. Suatu kebetulan yang menguntungkan, di ferry teman kami berkenalan dengan seorang pemuda Mataram asli haha.. dari dia kami mendapatkan info tempat menginap termurah di Gili Trawangan. Namanya Bungalow Hantu. Walaupun namanya sedikit aneh tapi tempatnya nyaman dan bersih. Harga perkamar hanya IDR 80.000,- dengan tempat tidur double. Meskipun kamar diisi oleh tiga orang juga tidak dikenai charge tambahan. Hoorayy! Tempatnya memang tidak di pinggir pantai, tapi sangat dekat ke pantai.
Oh ya, saat sedang menunggu di bangsal kami melihat pengantin yang diarak berjalan kaki di tengah jalan. Ternyata adat Lombok mengharuskan pengantin yang sudah resmi menikah, untuk diarak dengan berjalan kaki menuju ke rumah penganti perempuan. Yang lucu, arak-arakan ini diiringi dengan organ tunggal yang memainkan lagu dangdut. :))
Pengantin yang di arak oleh warga :)
Perjalanan dari Bangsal menuju Gili Trawangan memakan waktu sekitar 30 menit saja. Setiba di sana kami langsung bertanya pada penduduk setempat mengenai lokasi Bungalow Hantu. Penjaga bungalow ini juga baik dan ramah, walaupun sering sekali dia bangun terlalu siang, sehingga kami sering kesulitan mencari air panas untuk bikin kopi di pagi hari hehe.. Di Gili tidak diperbolehkan menggunakan alat transportasi yang menggunakan mesin (kecuali perahu tentunya) sehingga alat transportasi disini hanya ada dua jenis : sepeda dan delman. Penyewaan sepeda rata-rata berkisar Rp. 45.000,- sampai Rp. 50.000,- untungnya mas penjaga Bungalow Hantu mau memberikan harga murah untuk penyewaan sepeda sebesar Rp. 35.000,- saja.
Mengendarai sepeda di Gili gampang-gampang susah.
Ada beberapa jalan yang tidak bisa dilalui sepeda karena terlalu berpasir, mau tak mau harus turun dari sepeda.
Me, was trying to capture my favorite ice cream place.
Gelato Rp. 15.000,-
Gerai-gerai tour agent yang menawarkan berbagai macam paket mulai dari tur komodo hingga rinjani dapat ditemui di sepanjang jalan Gili Trawangan. Berhubung waktu kami hanya 5 hari, kami hanya memilih paket tour snorkeling tiga pulau dengan glass bottom boat yang dibanderol Rp. 100.000,- dan lagi-lagi kami tawar hingga Rp. 85.000,- hehe. FYI tur komodo berkisar 1.5 - 1.8 juta rupiah 4hari 3malam onboard all in, sedangkan tour rinjani Rp. 800.000-Rp. 1 juta. Tergantung kemampuan kamu menawar ya. :)
Pulau Gili Trawangan sungguh di luar dugaan saya. Pulau ini sangat modern! Haha walaupun tidak ada kendaraan bermotor, pulau ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap, mulai dari klinik 24 jam, toko baju Vintage, toko buku hingga atm berbagai macam bank bersebaran di mana-mana. Baru kali ini rasanya saya mengunjungi pulau sekecil ini yang memiliki atm.
Hari pertama karena kami tiba selepas maghrib, kami hanya check in di Bungalow Hantu lalu mandi dan berjalan-jalan sembari mencari makan malam. Setiap malam, tepat di pintu dermaga Gili Trawangan terdapat sejenis night market yang menjual makanan. Murah-murah dan enak, mulai dari sea food hingga mie ayam. Hiburan lain di pulau Gili Trawangan adalah menonton film di layar besar, kira-kira semacam layar tancap haha.. cukup membeli makanan atau minuman, kamu sudah bisa menonton film di pinggir pantai sambil tidur-tiduran.
Hari kedua kami memutuskan untuk bersepeda memutari Gili Trawangan. Kira-kira dibutuhkan waktu hampir satu jam untuk mengelilingi seluruh Gili. Setelah itu kami beristirahat di sebuah warung yang menjual kelapa muda sambil berenang di pantai. Pantainya sangat sepi dan bersih. Mudah sekali menemukan mama penyu disini. :)
Hari ketiga kami mengikuti tour snorkeling di tiga pulau (Trawangan, Meno, Air). Tour ini dimulai pukul 10.30 hingga 14.30. Underwater ketiga gili ini menurut saya tidak terlalu istimewa, sudah lumayan banyak yang hancur, walau tidak separah pulau seribu. Kelebihannya mungkin karena banyak sekali penyu disini. Selesai mengikuti tour kami kembali ke Bungalow Hantu, mandi lalu berangkat menuju Gili Trawangan Hill untuk melihat sunset.
Perjalanan mendaki menuju puncak bukit bisa dicapai dalam waktu kurang lebih lima belas menit saja. Tidak terlalu jauh kok untuk sampai puncak dan puas sekali rasanya melihat sunset di Gili dari atas bukit. Ah-ma-zing!
and.. you'll see this greatest view. Tadaa..
Catatan penting :
1.) Orang-orang di pelabuhan Padang Bai itu menyebalkan luar biasa. Mereka lebih menghargai turis mancanegara dibanding turis lokal. Bisa dipahami, setelah saya perhatikan turis domestik di Gili mungkin hanya berkisar 10% saja, sisanya adalah turis mancanegara. Ironic.
2.) Hati-hati dengan porter yang suka main angkut ransel/koper, mereka dengan seenaknya mengangkut seakan itu adalah bagian servis travel agent yang kami sewa. Nyatanya setelah sampai di ferry mereka meminta bayaran IDR. 50.000,- dan mereka tidak mau dibayar kurang dari itu. Zzz..
3.) Harga-harga di mini market di Gili Trawangan sangat mahal. Semisal, sampo Clear berukuran 100 ml dibanderol Rp. 30-40rb Minuman soda kaleng Rp. 10-15 ribu, bir bintang kecil Rp. 20rb dll bisa dimaklumi karena akses masuk ke pulau ini juga tidak murah.
Hari keempat kami pulang menggunakan shuttle boat pada pukul 8 pagi, sudah termasuk dalam biaya Rp. 140.000,- sesampai di Bangsal kami diantar oleh travel agen kami menuju Senggigi dan menginap semalam disana.
Pantai Senggigi, dulunya adalah salah satu pantai favorit di Lombok. Namun ketika kami sampai disana, Senggigi sangat sepi dan ternyata pantainya kotor sekali. Sampah berserakan di sepanjang pesisir pantai. :( Turis pun sangat sedikit sekali jumlahnya. Jam delapan malam, Senggigi terkena pemadaman listrik dan kami pun mati gaya. -_- Ternyata perihal pemadaman listrik ini memang sudah sering terjadi di Senggigi. Bahkan pedagang kaki lima pun sudah sedia genset. Alamak..
the dirty Senggigi..
Sehari di Senggigi, keesokan harinya kami langsung bertolak menuju Bali. Masih menggunakan shuttle bus yang sama. Ada salah satu kejadian menyebalkan setibanya kami di Padang Bai, Bali. Saat itu saya dalam keadaan kebelet pipis, lalu saya berkata pada staff tur agen kami di Bali untuk permisi ke toilet, eh dia menjawab dengan semena-mena, "Kamu orang lokal diem aja deh tunggu sini."
Man, WHAT THE FUCK? Gggrhhh.. seriusan deh, kalo si Bli itu temennya ga banyak, saya mau deh berantem satu lawan satu. -_- Seperti saya sebutkan satu di atas, jarang sekali turis lokal yang berkunjung ke Gili. Dalam ferry saja, sepertinya kami hanya satu-satunya turis lokal, yang lainnya kebanyakan turis Australia dan Eropa.
bu, bali itu DPS bkn DPO, DPO mah Daftar Pencarian Orang -___-
ReplyDeletehaha iya sudah diedit. :p
ReplyDeletesoal diskriminasi juga sempet gua rasain pas di sihanoukville, kamboja, ada warung yang cepet ngeladenin wong londo sementara kami dicuekin. tapi perlakuan itu kami dapet dari warung yg pemiliknya bule sih, jadi yaudah lah cabut aja dari warung rasis itu. tapi lebih ngenes kalo perlakuan itu dateng dari bangsa sendiri. mungkin karena mereka pikir duit si bule lebih banyak kali yaaa... ntahlah.
ReplyDeletebtw, agak malu lo cepet banget update tulisan, sementara gua enggak. nyahahaha. kebanyakan sampingan dan ikut ini-itu sih :p
kayanya gua kudu nunggu dapet tugas shooting ke lombok dah
ReplyDelete@tia yikessss padahal ga ta aja ya ti bule2 yg dateng ke asia itu backpacker kere semua hahahaa..
ReplyDelete@Ucuy : asik banget seh cuy kerjaan lo huh
waahh,, aku orang bali harus nyoba jadi backpacker ke gili nih
ReplyDelete