Friday, June 8, 2012

pesan singkat untuk masa yang lama

image source from here

 Kau tahu? Waktu itu menggerus rasa.

Kelak bila kita menikah, kamu akan tidur dengan orang yang sama hampir setiap harinya, yaitu saya. Jangan pernah membayangkan sinetron tersanjung episode empat puluh lima, saya bisa jadi tidur dengan rambut berantakan dan mulut menganga, oh, dan jangan lupa sesi kentut dimana saja. Suatu saat akan ada waktunya kamu akan tertidur dengan memandang punggung saya. Kenapa? Bisa jadi karena kita baru saja berselisih paham dan kamu tidak mau mengalah untuk saya. Begitupun sebaliknya, bisa jadi saya juga akan jadi  orang yang tertidur sembari memandangi punggungmu. 

Selalu ada kemungkinan kita tak akan saling sapa keesokan harinya. Entah siapa diantara kita yang akan memulai gencatan senjata. Kau tahu? Semua orang punya kadar egois yang berbeda-beda, tapi akan ada waktunya grafik keegoisan kamu atau saya akan menukik naik di saat yang sama sekali tidak tepat. Itulah saatnya kamu dan saya menikmati drama yang telah kita karang seenaknya. Saya mungkin akan menangis, dan kau harus tahu, setiap sehabis menangis mata saya akan bengkak dan menyipit hampir empat puluh persen.  Apa kamu takut? 

Lalu suatu saat, saya akan melahirkan anak-anakmu. Bisa jadi saya akan lelah dan menjadi orang yang paling menyebalkan, orang yang ingin sekali kau hindari sepulang kau bekerja. Jangan bayangkan kita akan bergelut mesra, kali ini untukmu tak ada jatahnya. Kalau satu waktu saya jatuh sakit, kamu lah yang harus mengurus saya. Saya mungkin tak akan mandi tiga hari. Kamu akan melihat saya pucat dan berbau tak sedap. Masih mau kamu memeluk saya? 

Lalu hidup akan terus memamerkan kesaktiannya. Tersadarlah kita, sihir cinta ternyata bisa kadaluarsa. Seperti diserang ratusan prajurit di dini hari pukul tiga, saya harap kita tak akan lari lintang pukang atau saling serang dengan membabi buta. Ya, akan ada masanya kata romansa sudah tak ada dalam kamus kita. Ada masanya kita akan saling berteriak, saling menyakiti satu sama lain. Saya tahu, kamu pasti tak akan pernah berniat begitu, tapi ya begitulah pekerjaan si penguasa angka dua belas sampai satu, pesulap paling tenar sepanjang masa bernama sang waktu. Asal kau tahu, dia tak pernah makan gaji buta. Dia akan bekerja tepat sesuai job desknya; memutarbalikan perasaan manusia.

Saya bisa jadi akan membentakmu keras, mengerutkan kening, dan menatap tajam ketika saya rasa kau telah membuat kesalahan. Kau seharusnya sudah tahu, untuk beberapa hal, saya akan sangat tegas. Bukan bermaksud melawanmu sebagai kepala keluarga, tentu saja saya akan hargai keputusan dan segala pertimbanganmu, tapi akan ada waktunya ketika kepala saya membatu dan segala argumenmu akan saya hempaskan keras-keras. Sudah siap?

Satu saat, saya akan berubah seratus delapan puluh derajat, begitu juga kamu. Karena memang normalnya manusia ya begitu, kecuali tante Titiek Puspa. Kamu akan melihat kulit saya mengeriput, lalu badan saya mengembang atau malah mengerut. Mudah-mudahan saya tak akan melihat senyummu mengecut. Hehe. Kamu akan selalu melihat muka saya, karena setelah menikah dengan saya, tentu delapan puluh persen hidupmu akan selalu berhadapan dengan saya. Ya, saya, saya, dan saya.  Muka saya akan selalu merepetisi di setiap frame kehidupanmu. Apa kamu tak akan bosan?

Dunia ini luas, perempuan dan laki-laki tak terhitung ada berapa banyaknya. Yang lebih cantik dari saya? Jelas banyak. Masih mau kau bertahan hidup satu atap dengan saya? Kita  harus pintar berkompromi, mengerahkan sejuta alasan kenapa kita tetap harus tidur bersebelahan dalam satu ranjang dan bagaimana caranya supaya kita tetap berpelukan? Minimal-minimal, biarlah cukup kaki kita yang bersentuhan di ujung selimut sana. 

Kau tahu? Kenapa dongeng cinta sejenis Cinderella selalu berakhir tepat ketika mereka baru saja menikah? Rumornya karena pernikahan mereka tak bahagia. Walaupun sang penulis, Charles Perrault,  menulis "and they live happily forever", kau tahu kan kalau "forever" itu tak pernah ada dalam kalender? Saya mulai berpikir kalau Perrault adalah seorang tengik pembual skala besar. Bagaimana bisa seorang laki-laki berbahagia seumur hidupnya hanya karena dia menikahi perempuan yang  dipilih lewat sepatu kaca? Perlu kau tahu, cinta tidak sedemikian murah hatinya mengobral peristiwa.

Tentu saja selain baris-baris tulisan di atas yang akan kau anggap petaka, kau juga akan menerima ribuan  kebahagiaan yang akan kita ciptakan. Tapi cukuplah soal bahagia, kebanyakan dari kita sudah cukup lihai untuk menerima kebahagiaan. Mari kita belajar mengenal pahit dan mencermati seluruh skenario dimana kita yang akan jadi pemerannya. Mungkin kau belum tahu, pernikahan tidak akan selalu seindah kencan pertama karena hidup tidak melulu perkara romansa. Sekarang yang menjadi pertanyaan utama, bisakah kamu merasa tak bahagia dan tetap mengenggam tangan saya? Fase ini memang tidak akan selamanya, tapi percayalah sayang, akan datang waktunya ketika kamu akan sangat membenci saya. 

Saya tidak mau mencintaimu dengan sederhana seperti yang ditulis Sapardi, tidak seperti mawar di taman khayal seperti yang ditulis Marzuki, tidak seratus tahun lagi seperti yang ditulis Chairil, tidak juga dalam tempo yang sesingkat-singkatnya seperti yang tertulis dalam teks proklamasi.

Saya hanya  ingin mencintaimu dengan realita dan begitu juga sebaliknya.


...

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. aeeeh. dalem ni cuuuy. hahaks. :p
    iya, komitmen. satu kata. solusi yang sudah ada. tapi ngejalaninnya itu yang belum tentu bisa :)

    senen soegija nyok! :)

    ReplyDelete
  3. biasalah ti, hormon mensturasi suka membuat melankoli ahihiiiii

    ReplyDelete