Wednesday, January 29, 2014

happy people don't complain

Maka aku tak berani lagi protes kala dinginmu menggerus tulangku dan panasmu menyapa ketiakku. Kala lansekapmu mendadak kelabu dan kabut tebal menyapa pagi saat aku begitu mengharapkan matahari. Kala langitmu tiba-tiba memuntahkan dua kubik air tanpa permisi dan aku baru saja menaruh jas hujanku di carrier bagian bawah yang sulit dijamah. Atau kala jalurmu terasa begitu panjang, terjal dan menanjak hingga kedua kakiku keras berteriak. 

Tolong ingatkan aku bahwa keluh-keluh yang tercecer di setiap tanjakan adalah pesan yang ditolak cakrawala lalu terlempar kembali di udara, dan menghabisi siapapun yang berdiri di sebelahnya. Betapa beratnya perjalanan dengan mulut penuh omelan. Karena gerutumu bukan lagi kata, melainkan daya -- yang menghabisi sekaligus memberi. Perjalanan mendaki adalah prosesi saling mengisi. Kau dan aku adalah stimuli. Aku ingin berkelana bersama mereka yang selalu tertawa. Yang terduduk dalam lelah, diam dengan hembusan nafas panjang lalu tersenyum setelahnya. 


Aku meringis di pintu Selo yang menjadi akhir perjalananku dalam keracak hujan yang membuat badanku meluncur penuh lumpur. Betapa lelahnya berjalan pulang dalam rinai yang tak kunjung selesai. Tapi kuucapkan terima kasih pada 3145 -- untuk sudi menjadi tempat persinggahan kami, menjadi rumah bagi mereka yang ingin pergi, untuk segelas teh manis pahit yang menjadi begitu manis, untuk rasa berbagi dalam sepiring Indomie, untuk bersedia menjadi tempatku bertanya kembali, untuk menjadi ibu yang tak lelah mengajari. 

Sekarang aku mengerti, dalam keluh, kau perlahan luruh. Mengerdil, lalu kakimu menjadi kuyu dan kurus. Setiap imaji yang hadir, impuls yang memberangus, dada yang menyesak, kerongkongan yang mendamba segara dan pekatnya pandangan mata kala sentermu tak lagi menyala, mari berdiri, berjalan lagi, menikmati. Karena saat ini cuma sekali, dan masih ingatkah kau tujuan kita kesini? Kita semua lelah, kita semua payah, tapi bergeraklah, meski perlahan, tahan serapahmu teman, aku yakin kita akan segera tiba di tempat tujuan. 

*Dalam pendakian Merbabu via Chuntel - Selo, Januari 2014 

...





7 comments:

  1. waktu taun baru gw hanya di selonya aja, ga ngedaki ke atas.. kabutnya selalu tebel plus dingin.. ujungnya taun baru ditutup sama jam 11 udh tidur semua hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. ihh dwi, taun baruan disana ga ajak-ajakkkk.. eh tapi gw juga jam 9 malah udah molor pas taun baru mah wekekekekeee...

      Delete
  2. Ih cantik kali potonya inang! ada 2 biji lupa di watermark itu *salah pokus*

    ReplyDelete
  3. iya emang hahahaa dah malas watermarkin namboru

    ReplyDelete
  4. Hehehe, gimana Galuh, nikmat? Ketemu sama Kelik (Batu Nisan). Asikkan ditipu terus sama punggungan? Ah jadi rindu kesana lagi. Catetan, raincoat selalu berada diposisi atas yak :))
    Baca ini yess, siapa tau kesana -> http://jalurkanan.wordpress.com/2011/04/08/jalan-panjang-menuju-negeri-di-awan-semeru-3676-mdpl/

    ReplyDelete