Aku masih ingat betul baunya.
Tumpukan kertas yang semrawut, carut.
Daftar nomor telepon yang ditulis serampangan.
Tempelan kertas dengan tulisan-tulisan pendek yang entah apa maksudnya.
Deretan koran yang ditaruh serabutan.
Diskusi tiada henti.
Gagasan, opini, inspirasi yang menghentak di malam hari.
Ide yang diperas, dipaksa mengucur di pertaruhan jam yang mematikan.
Fucking deadline.
Dalam tiga puluh detik saja, aku terlempar ke lima tahun yang lalu.
Mimpi yang setengah jalan.
Tak kesampaian.
Jadi wartawan.
*Redaksi Kompas, awal Maret 2014. Rindu sekali menulis.
...
No comments:
Post a Comment