Monday, August 10, 2015

hal-hal tentang gunung yang perlu kamu tahu

Setiap perjalanan menuju kantor, saya selalu berpikir ada dua hal yang harus dihindari. Pertama, Kopaja ugal-ugalan yang ga sadar body. Yang kedua, ibu-ibu yang pakai motor matic. Kenapa? karena ibu-ibu pakai motor matic itu biasanya cuma tahu cara pakai motor aja, tapi kayaknya dia sama sekali tidak paham kapan kita seharusnya  bunyikan klakson, kalau mau belok kiri kapan kita harus nyalakan lampu sein, dsb. Oleh karena itu saya selalu kesal sama orang yang beranggapan, "Ah matic, gampang bawanya." Karena bukan itu yang seharusnya dipelajari pertama, tapi bagaimana cara berkendara. The rules, the do's and the don'ts, how you get along with other, etc.

Nah, biasanya saya sering ditanya sama teman-teman yang belum pernah naik gunung atau akan naik gunung, tentang apa dan bagaimana persiapan naik gunung. Lalu saya mikir, kalau teknis kayanya sudah banyak sekali artikel yang membahas, di bawah ini adalah hal-hal non teknis, hal-hal yang saya tahu, saya alami, kalau ada yang salah atau ada yang kurang, semoga bisa dimaklumi. Selamat naik gunung! :D 



1. Gunung itu menurut saya - menurut saya lho ya - terbagi menjadi dua jenis: 

a. Gunung dengan durasi pendakian normal < 3 jam 
Ini adalah jenis-jenis gunung yang biasanya ukurannya imut dan instagramable. Biasanya gunung-gunung ini didaki jelang sunrise, tergantung estimasi waktu pendakian masing-masing. Salah satu contohnya; gunung Bromo, gunung Batur, atau gunung Prau. Karena jenisnya imut dan sungguh sangat instagramable, persiapannya pun harus maksimal (baca: persiapkan nanti mau foto gaya apa, bajunya udah matching apa belum, sepatu bootsnya udah heitss apa belum, property foto, posenya mau kaya gimana, sekalian make up box nya juga bisa dibawa, nanti mau pake lipstik yang warna apa dll). Oh tentu dong harus maksimal, karena gunung-gunung ini mudah didaki dan trek pendakiannya ga terlalu melelahkan. Bisa buat foto #OOTD juga lhoo sist. Oh ya, biasanya di gunung-gunung ini, karena masih dekat ke peradaban, signal telepon pun masih kencang, dan sangat memungkinkan untuk langsung posting ke instagram. Jangan lupa pakai hashtag #mountanesia #adventure #anakalam #nature #pendakicantik #pendakicantikbeut #pendakicantikshayy dsb. 

Gunung Bromo, cocok buat foto-foto unyuk 

b. Gunung dengan durasi pendakian > 3 jam 
Nah gunung ini adalah gunung yang persiapan fisiknya harus cukup. Minimal-minimal kalian harus jogging lah seminggu dua kali dengan durasi 30 menit. Biar apa? Biar napas kalian ga abis dan ga repotin temen kalian nanti di atas. Heloh? Contoh-contohnya sangat banyak; di Jawa ada gunung Sumbing, Sindoro, atau Arjuno. Berbeda dengan gunung tipe A yang kalian bisa dandan cantik di atas, di gunung tipe B ini boro-boro bro mau dandan. Apa yang terjadi setelah mendaki tujuh jam dengan beban carier minimal 36 liter- lalu tidur dua jam dan harus bangun lagi untuk summit attack? Rambut lepek, muka berminyak, keringetan, mata bengep, udalah pokonya udah ga banget kalo difoto. Cara mengakalinya? Bawalah selalu kacamata hitam. Selain itu logistiknya juga harus well prepared. Mulai dari tenda, alat masak, air (selalu double check apakah ada sumber air di atas).

Puncak Sumbing, setelah 9 jam pendakian. Pheww.. 


2. Anak gunung itu kaya gimana? 

Berdasarkan pengamatan saya, anak gunung itu tipenya juga macam-macam. Ada pendaki-pendaki senior yang udah sekian tahun malang melintang di ranah pergunungan, tapi nanti kalau kita kenalan dia akan mengeluarkan statement begini, "Ah, saya sih pendaki pemula.." tapi kakkk? Kok mukanya tua? Bingung kan? Nah, jangan bingung dek, itu adalah metode merendah untuk meninggi yang sangat umum di kalangan anak gunung.

Ada anak gunung tipe fakir puncak. Yang model begini ini biasanya sangat berambisi mendaki sampai ke puncak, jalannya cepat, dan jangan harap dia bakalan mau jadi sweeper. Sebaliknya para sweeper ini biasanya adalah pendaki yang intensitas mendakinya lumayan tinggi. Karena itu dia menyerupai anak pantai, santaiii.. dan cocok buat jadi motivator kelas kakap. Biasanya dia jalan paling belakang, juga bisa difungsikan untuk menemani yang napasnya udah senin-kamis sembari menyemangati, "Ayo kamu bisa kok, dikit lagi sampai ini kok."

Ada pula anak gunung yang banci foto (or banci medsos), yang begini ini kadang menganggu mood dalam pendakian. Bukan gimana-gimana ya, tapi capek ga sih kalau tiap saat dia selalu bilang, "Eh fotoin gw dong!" alih-alih mau menikmati pemandangan di gunung kita malah jadi repot motoin dia. Hal ini lumayan sering terjadi sama saya karena saya sering bawa kamera. Biasanya dialog yang terjadi begini,

Bunga: Eh Luh, foto kemaren mana? Minta dong semuanya. 
Saya: Oh ya, masih di SD card, ntar deh di whatsapp yah. 

Begitu saya kirim.

Bunga: Eh ini udah semua, Luh? Yang gw lagi di depan kawah kok ga ada? 
Saya: Masa sih? Udah semua kok. 
Bunga: Engga, ada kok yang gw depan kawah, yang kakinya nyilang, mata lirik kanan, rambut kesibak ke kiri, nah disitu gw oke tuh, ga keliatan gendut. Yang itu kok ga ada, Luh? 

*die 

Oh ya berhubung biasanya yang banci foto ini adalah banci medsos, maka jangan heran pula jika dia sangat ambisius akan listrik, apalagi kalo power bank nya abis. Anyway, ada orang bijak yang bilang orang itu kelihatan sifat aslinya ketika mendaki. Eh itu bener banget. Karena apa? Karena di gunung kita akan kelaparan, kehausan, kedinginan, dan capek. Ketika semua unsur itu menyatu menjadi satu, hati-hati, teman sependakian anda bisa berubah menjadi monster mengerikan. 

Jangan kaget kalau lihat anak gunung bawa banyak kertas semacam ini. FYI. kertas-kertas ini biasanya dijaga dengan sangat hati-hati, ada yang dilaminating atau diplastik tebal.  kayaknya mereka lebih rela kehilangan logistik daripada kehilangan kertas ini.  Isinya biasanya ga jauh-jauh dari: "Haloo Wati, I love you from XXXX mdpl" 

3. Haram hukumnya logistik pribadi minta dibawain orang lain. 

If you have spare money and you bring a porter along, thats fine. Atau kalau kamu perempuan dan mendaki bersama pacar atau gebetan, lalu kamu melakukan hal ini: "Sayaang... aku ga kuaat ini beraat, tolong bawain tas aku yahh sayang." well thats fine. Tapi ingat, logistik pribadi (misalnya makanan, air, atau obat-obatan pribadi) harus selalu dibawa sendiri dalam tas sendiri. Ini untuk menjaga-jaga jika kalian terpisah dan kamu tersesat lalu kelaparan dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Foto di puncak gunung itu indah banget ya? 

IYAAA. Tapi sebelum kita ngiler ngebet pingin naik gunung karena liat foto teman-teman kita yang naik gunung. Ada baiknya juga kalau kita persiapkan fisik dan mental kita dulu. Karena apa? Karena sebelum kamu bisa foto dengan pose begini:



Yang selama ini jarang diposting orang di medsos adalah perjuangan untuk mencapai ke puncak. Kira-kira kaya gini:


Di saat-saat seperti ini kadang kita berpikir, aku ini ngapain ya? Ingin rasanya aku di rumah saja, selimutan, enak, perut kenyang.. 

5. Harus bawa apa saja plus the art of packing.  

Di gunung itu dingin. Untuk itu kamu harus membawa pakaian yang proper untuk suhu dingin. Apalagi jika kamu tidak tahan udara dingin. Ketika mendaki, biasanya badan kita akan naik suhu tubuhnya, lalu berkeringat, tapi setelah berhenti mendaki, badan kembali dingin dan itu rasanya sungguh tidak enak. Yang paling standar adalah pakaian sejenis fleece. Biasanya ini dipakai sebagai inner atau dalaman, setelah itu kalian tetap harus pakai jacket anti tembus angin, (windbreaker) atau cari yang berbahan Gore tex. Selebihnya, coba googling, udah banyak banget artikel yang membahas mengenai decent apparel buat naik gunung. 

Lalu, apa lagi yang harus dibawa? Ini juga udah banyak dibahas man-teman. Coba kalian googling yah. Tapi kalau boleh menambahkan, coba kalian belajar menata isi tas untuk hiking. Jangan sampai berat sebelah antara bahu kanan dan kiri, karena dalam pendakian dengan durasi panjang, itu akan sangat berpengaruh pada ketahanan fisik kalian. Please do some check here or here. 


Pilih carier yang back system nya paling pas buat pundakmu


6. Senyum, lalu sapa  

Kita itu judulnya bertamu ketika mendaki gunung. Seperti layaknya bertamu, kita harus ramah sama penduduk sekitar. Ketika mendaki, kita juga akan sering berpapasan dengan pendaki lain. Untuk menyapa mereka basa-basi sekadar menyemangati atau "Mau naik atau turun mas?" itu sah-sah aja dikalangan pendaki dan ga akan dibilang sok akrab. Apalagi kalau ganteng, kan jadi semangat nyapanya ngedakinya eh apaan sih. :))


7. Kalau mau poop dimana dan bagaimana? 

Ya di tanah laah, masak di tenda. Kalau ada tagline khas anak gunung, "leave nothing but footprint, take nothing but picture" itu hoax bro. Asli hoax. Coba kamu melipir sedikit keluar jalur pendakian, ambil arah semak-semak, dan lihatlah pemandangan di tanah hahahaha, seriusan nih, leave nothing? Alhamdulillah yah, kalau bisa hilang nafsu makan, setidaknya bisa mengurangi jatah perbekalan logistik. Saya termasuk orang yang jarang poopie di gunung, entah kenapa. Mungkin pantat saya udah berhasil dididik untuk tidak kurang ajar dan berbuat semaunya. Tapi meskipun saya harus poopie di gunung, yaah cobalah kita belajar sedikit dari kucing. Digali dulu, abis itu timbun. Jangan sekali-kali kamu poop di sungai, yah, INGAT. Karena itu adalah air yang nantinya akan kita minum juga hahaha. 

Yaa ampun cantik banget yah Rinjani? Tapi coba kalau apps street view udah sampe di sini, di zoom in dikit aja itu semak-semak... 

8. Don't judge a book by its cover. Well.. don't judge a mountain by its height. 

Makin tinggi gunung, makin susah ngedakinya? Salah. Yang perlu kita ingat, pos awal pendakian tiap gunung itu berbeda-beda. Misalnya, gunung Kinabalu (4095 mdpl), gunung tertinggi di Asia Tenggara. Di Kinabalu, di ketinggian 3.207 mdpl sudah disediakan lodge untuk pendaki menginap. Fasilitasnya? Hampir setara lah sama hotel bintang lima. Disitu kamu bisa mandi air panas, makan 4 sehat lima sempurna, dan tidur dengan nyenyak. Badan seger, stamina oke, besok paginya? Tinggal daki cantik ke summit, deh. Bandingkan dengan mendaki gunung Salak. Pendek sih, cuma 2211 mdpl, gunung bonsay nih, eh kemudian saya kualat. Ternyata ini gunung kecil-kecil cabe rawit tanjakan aborsi. Mulai dari otot kaki sampai otot selangkangan harus siap-siap romusha. Nah, satu lagi, kesulitan pendakian juga akan sangat ditentukan oleh karakter trek tiap gunung. Ada gunung yang untuk menuju puncaknya, kita harus melalui jalur yang muter-muter dengan tanjakan yang cukup curam. Atau ada juga jalur yang selain membutuhkan stamina dengkul yang prima, juga dibutuhkan kualitas vokal yang sempurna. Misalnya; gunung Kerinci, karena bisa jadi  di tengah pendakian kalian harus teriak dengan gragas, "Woy tolongin gw, woy, tolooong, gw nyungsep." 


Check out my shoes: korban keganasan yang mulia Kerinci 

9. Diksi khas anak gunung

BONUS! kalau lagi ngedaki teman kalian yang paling depan tiba-tiba teriak bonus, itu artinya ada trek datar yang lumayan bisa buat php in dengkul kalian sendiri. Summit attack?  Muncak? yaa tahu lah yah, itu artinya kita akan mendaki puncak. Bisanya di gunung-gunung yang durasi pendakiannya > 3 jam, kita akan buka tenda dulu di bawah puncak, makan, istirahat (tidur), lalu bangun tengah malam buta untuk melanjutkan pendakian ke puncak. Gear dewa, apakah itu? Itu adalah semacam premium brand untuk outdoor gear. Harganya? Jangan ditanya. Mahal, lah. Oleh karena itu ada semacam mitos yang menyatakan bahwa gear dewa ini bisa menambah ketampanan/kecantikan pemakainya. 

10. BUANGLAH SAMPAH DI TAS SENDIRI DAN BAWA TURUN LAGI 

Ini hal yang sangat sudah sangat sering digaung-gaungkan tapi aplikasinya masih nol. Banyak pendaki yang buang sampah seenaknya di atas gunung. Mungkin mereka pikir, "Ah cuma bungkus Tolak Angin doang, dikit doang." atau "Yaelah cuma tisue doang selembar bekas cebok nih, gak apa-apa kali." Eh nyet, tahu ga, nyet? Itu adalah pemikiran yang sama yang dipikirkan oleh ratusan pendaki lainnya, nyet. Hasilnya? Sampah berceceran dimana-mana di sepanjang trek pendakian, nyet. Gunung bukan Bantar Gebang nyet. OH YA DAN KALAU MAU CURHAT NULIS DI DIARY AJA YA, GA USAH NULIS-NULIS DI BATU. 

Gunung Agung, Bali. Gunung paling bersih yang pernah saya daki. Mungkin karena statusnya sebagai gunung suci dan banyak orang kesini untuk sembahyang. 

11. Terakhir, kenapa sih, Luh, suka capek-capek naik gunung?

Iya, kenapa sih? Apa sih yang dicari? Yang dicari tuh sebenrnya ada disini, Luh. (nunjuk ke hati) 

*salto dulu ke bak sampah*  

Ini pertanyaan paling standar yang ditujukan ke orang-orang yang suka mendaki gunung. Biasanya yang nanya pun emang belum pernah naik gunung, makanya dese ga tahu sensasi naik gunung itu apa dan bagaimana. Untuk yang ini, saya akan jawab.. Yah, jadi begini man -teman.. di dunia ini ada beberapa pengalaman yang cukup kita tahu dari cerita orang, misalnya; jajan narkoba atau... pacaran sama orang brengsek. Ada juga yang cukup kita tahu dari hasil baca buku, misalnya; masuk neraka. Tapi ada juga pengalaman yang memang harus kita jalani sendiri, pengalaman yang harus kalian rasakan dengan semua indera untuk tahu bagaimana rasanya.  Salah satunya? Ya naik gunung. 

Dan oh ya, kalau ada yang melontarkan joke super garing super basi kaya gini, "Naik gunung mulu, kapan naik pelaminannya, Luh?" 

Ga usah jawab apa-apa. Langsung toyor aja palanya. 

***


I FEEL FREEEE! 

6 comments:

  1. Emang udah ngga jadi anak pantai? Two piecenya udah nggak muat ya? "semoga kita tidak pernah bertemu langsung.....takut digebuk"

    ReplyDelete
  2. Gokil..
    Keren..
    Informatif sekali..
    Sederhana dan mudah dimengerti..
    Terima kasih suhu..😃😃😃😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaaa belom jd suhu joe, tar kalo uda jadi suhu diundang tumpengan :))

      Delete