diambil di sebuah cafe di bilangan cikini |
Jadi begini baginda, bagaimana
kalau ternyata kematian adalah satuan aliran nafas yang semakin merapuh, perlahan terhenti karena kehabisan stimuli tak lagi mampu berevokasi. Dalam hitungan detik, jantung yang menjadi inisiator pun melambat, melemah lalu merepih tak lagi memiliki daya. Lalu cinta.. ternyata berwujud algojo bengis yang pintar sekali
menikam dari sudut punggung belakang, sungguh terasa perih kala belatinya
mengiris. Bagaimana kalau surga ternyata berwarna hitam pekat gelap
bahkan nyaris tersembunyi dan siapa sangka neraka yang dianggap hitam ternyata penuh
dihiasi warna pelangi? Bukankah seringkali kita terjebak dalam jendela imajinasi yang kita karang sendiri?
ps. untuk mereka yang sering ribut dalam diskusi, tak lelahkah kalian memperkarakan asumsi?
...
No comments:
Post a Comment