Saturday, August 4, 2012

sepatu

Perempuan gila sepatu itu biasa. 
 Tapi apa kau tahu? Kita, perempuan lah yang dipilih oleh sepatu.

Silakan pilih kelir acak corak, kata penjualnya. Selalu seperti itu. Pantofel, ankle boots, rain boots, flat, stiletto, ayo apa lagi? Perempuan, bisa jadi akan jatuh cinta berkali-kali pada banyak sepatu. Namun tetap saja, pada akhirnya sepatu lah yang memilih pasangan kakinya, yang paling sesuai ukurannya. 36, 37, 37.5 sampai hmmm 42? Sepatu mungkin cuma bisa berdiam diri menunggu dipilih, tapi dia memiliki hak prerogatifnya sendiri, menentukan ukuran kaki yang tepat dengan kapasitas yang dimiliki.

Kamu tidak akan pernah bisa memanipulasi ukuran kakimu sendiri. Tumitmu akan menjadi bagian yang protes paling keras ketika kamu mencoba menipu. Yang paling sesuai ukurannyalah yang bisa membuatnya nyaman dipakai. Salah sedikit kaki bisa jadi lecet, tidak enak dipakai, dan sepatu itu pun  akhirnya jadi terbuang percuma, teronggok di sudut lantai kamar. Modelnya cantik luar biasa, warnanya cocok sekali dengan dress yang baru dibeli di mangga dua, lalu bahannya? Kulit sapi asli yang sempurna. Ahh, sayang ukurannya tidak pas. Berapapun uang yang kamu punya, silakan pulang dengan hati meradang. 

Sama halnya seperti memilih pasangan. Ada yang ganteng, yang pintar, yang tajir, yang tajir beut, yang soleh, yang romantis, wow begitu banyak pilihan, katakanlah, kamu sangat jatuh cinta padanya. Namun pada akhirnya, cuma yang sesuai gelombangnya, yang sesuai unsur kimiawinya, yang sesuai porsinya yang membuat nyaman. Tidak lebih, tidak kurang. Memaksakan kehendak sama saja seperti memaksa memakai sepatu yang terlalu kecil ukurannya..  bikin hati lecet.

Oke, lagu Anang Ashanti nya bisa gak kalau diputar sekarang?

...


No comments:

Post a Comment