Friday, January 6, 2017

apa yang harus diperhatikan ketika membeli rumah?


Assalamualaikum.. First post in 2017! Yeayy! 

Menyambung postingan saya di sini tentang beli rumah, hasil hunting dan survey rumah kemarin saya jadi belajar banyak hal. Beli rumah emang engga gampang, eh, gampang sih kalo punya duit segudang, tatapan spion dulu, biar afdol 😒. Dan sebagai newbie dalam membeli rumah, maka berikut saya jabarkan hal-hal yang harus diketahui (menurut saya) ketika membeli rumah. Enjoy! 😃

Notes. Catatan ini berlaku hanya untuk ketika mau membeli rumah baru. Kalau mau beli rumah second, tentunyaaa masih banyak lagi hal-hal yang harus digali. Hihihi.. 



Pertama, survey-survey-survey dan survey!

Ada dua cara untuk survey, cari di internet atau datangi pameran property, ini adalah cara paling mudah karena di situ kamu bisa ketemu sama marketingnya dan bisa nanya-nanya langsung. Tapi setelah itu wajib hukumnya untuk survey langsung ke lokasi. Jangan tertipu sama bahasa brosur semacam "hanya 10 menit dari stasiun" atau "hanya selangkah ke pusat kota". Yang bener aja, lah. Akan lebih fair kalo menggunakan satuan kilometer atau meter untuk menunjukan jarak. 

Kedua, setelah dapet rumah yang kamu incer, jadilah orang yang kepo! 

Mulailah dari browsing mengenai siapa developernya? Siapa orang yang punya proyek properti ini? Cari tahu nama dirutnya/ownernya/CEOnya. Apakah orangnya bermasalah? Apa proyek terdahulunya? Cek detail proyek terdahulunya. Baca forum-forum diskusi yang berisi curhatan hati penghuni di komplek rumah tersebut (jika komplek rumah tersebut sudah lama berdiri). Kalau mau lebih niat lagi, bisa cek juga ke kantor pajak, apakah developer ini bermasalah atau pernah nunggak pajak? 

Hal-hal ini penting, lho. Apalagi kalau rumahnya bersifat indent (tidak siap huni). Jangan sampai developernya termasuk dalam kategori developer JJTJBMHM (Janji-janji Tinggal Janji Bulan Madu Hanya Mimpi). On some case, biasanya developer suka bohong mengenai pembangunan fasilitas umum, misalnya kolam renang, atau club house. So make sure kalau developernya benar-benar akan membangun semua fasilitas yang dijanjikan. 

Metode kepo yang saya lakukan salah satunya adalah... ngechat personal message penghuni komplek yang saya incer di instagram. Hahaha. Caranya mudah sodara-sodara, tinggal search nama komplek yang kita incer di IG, lalu cek orang-orang yang upload foto disana. Selanjutnya, saya PM, memperkenalkan diri, menjelaskan latar belakang, dan langsung lah saya interview. Airnya gimana? Sering banjir ga? Keamanan gimana? Pernah ada yang kemalingan ga? Apa minusnya tinggal di komplek situ? Apa kelebihannya? Lingkungannya gimana? Tukang sayur sering lewat situ ga? Kalo tukang tahu bulat? 😙  and bla bla bla... 

Kepo melalui medsos ini juga sangat bermanfaat, lho. Pada suatu hari saya sempat naksir sama salah satu cluster yang rumahnya masih indent. Rumah contoh belum ada, bahkan lahannya pun baru dibuka tahap awal. Kalau lihat gambar 3D yang ditawarkan di brosur sih kereeen banget kayanya kalo udah jadi. Saya coba kepoin IG arsitek cluster tersebut (iya, seniat itu saya) hahaha.. dan ternyata, di IG nya banyaaak banget yang complain soal komplek perumahan itu, karena akses utama ke komplek yang di awal dijanjikan A, ternyata berubah menjadi ke akses B which is akses B itu jauuuh banget dan udah beda kabupaten. Ngok. Ngeri, kan? 

Ketiga, mari kita bicara detail material dan konstruksi bangunan. 

Ini juga awalnya saya ga paham-paham amat. Tapi setelah melakukan beberapa quick research dan baca-baca di forum-forum, berikut ini hasil pengamatan dan pemahaman saya. 

Material dinding? Ternyata lebih bagus yang pake bata merah daripada hebel atau bata ringan. Cuma pake bata merah (karena ukurannya kecil) memang lama pengerjaannya. Selain boros di cost bahan baku, pengembang juga harus membayar tukang lebih lama dan menjadi lebih mahal. Selain itu, coba cek juga, apakah dindingnya double dengan tetangga sebelah? Karena kalo cuma satu lapis, biasanya engga kedap suara. 😅

Material kusen? Kayu, UPVC atau alumunium? Yang paling bagus ternyata kayu. Tapi yang sekarang kebanyakan dipakai adalah UPVC. Yang paling murah adalah alumunium. 

Closet? Yang lumayan oke adalah merk Toto. Jika pun diganti dengan istilah "setara", biasanya American Standard atau merk lainnya. 

Atap? Harus beton! Rangka? Baja ringan. Cat? Yang lumayan bagus itu Mowilex (CCMIW, please) Lalu konstruksi bawah tanah, gimana? Apakah kabel telepon, kabel listrik semua sudah di bawah tanah? Penting kalau mau main layangan. 😉  Lalu lanjut lagi ke air. Sumber air darimana? Apakah air tanah atau air PAM? 

Keempat, hitung detail hidden cost yang timbul dari pembelian rumah! 

Ini juga penting banget, nih. Seringnya saat sedang membuat financial planning untuk membeli rumah, fokus kita hanya tertuju pada DP dan cicilan (jika mencicil melalui KPR), padahal ada banyak cost yang tentunya tidak tertulis di brosur oleh iklan rumah. Biaya-biayanya mencakup hal-hal seperti bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), notaris, biaya KPR dll. Untuk lebih lengkapnya bisa cek di sini.

Terakhir, take it slow dan jangan mau bayar booking fee kalau belum yakin.

Barang yang mau kita beli itu harganya bukan sejuta dua juta doang, tapi ratusan juta, nek, atau bahkan miliaran! Jadi tidak usah terburu-buru, apalagi kalo hati rasanya belum sreg banget. Jangan juga tertekan dengan omongan marketing yang bilang "tinggal dua unit lagi nih, bu!" atau "bayar dulu aja booking fee nya, bu!" Masalahnya, booking fee itu biasanya ga bisa dikembalikan lagi jika kita tidak jadi membeli unitnya. Atau bisa juga dikembalikan tapi tidak 100%. Rugi banget, ya, kan? 

Konon beli rumah itu ya jodoh-jodohan. Jadi jangan takut kehabisan unit cuma karena omongan marketing. Kalo kata Dalai Lama, "Remember that not getting what you want is sometimes a wonderful stroke of luck". It's not the end of the world if a deal falls through on what you thought was the 'perfect' house. Once you're settled into your new place, you wont even remember anything else about those other places. 

Intinya, bersabarlah ketika membeli rumah, sama kaya ketika kamu memutuskan untuk menikah. Survey, survey, and wait sampai tiba-tiba hati kamu bilang, "Ok, screw it, lets do it!" then it's time for you to go get yourself a house. Good luck and happy hunting! 😄

***

2 comments:

  1. Baca nomor 2, sama banget! Hahaha. Aku juga Dm-in orang-orang yang tinggal di situ sampe Arsiteknya pun via Instagram. Sebagian bales, ada juga yang tetiba ngelock akunnya :( Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nel, kamu nanyanya emang apa aja ampe dilock akunnya, curiga nanyanya berentet panjang banget ala jurnalis tabloid rumah :)))

      Delete