Thursday, November 7, 2019

lho, hijabnya kemana? ada kok, cuma lihatnya harus pakai kacamata 3D

Aku kalau lagi main hockey. Masih pakai manset, pakai legging, cause i don't wanna show too much skin. Engga pakai hijab, tapi masih sholat lima waktu, insya Allah. 

Galuh unhijab? 

WOW! SATU DUNIA HARUS TAHU! WKWK... 

Dulu saya sempat bingung, waktu artis Rina Nose lepas hijab, satu dunia kayanya rusuh, sibuk ramai-ramai meninggalkan pesan di kolom komentar. Isinya ga jauh-jauh dari: Saya doakan supaya Mbak Rina kembali ke jalan yang benar.. 

LOL mau doain apa mau ngejek sih? 

Sampai kemudian saya mengalaminya sendiri. Hahaha. 

Tahun ini saya kembali jadi atlet. Berawal dari pengen kembali menguruskan badan dan hidup sehat dengan rutin berolahraga (iya aku gendut banget habis lahiran, berat badan mencapai 65 kilogram), eh lalu.. tiba-tiba aku ditawari masuk team DKI untuk pra kualifikasi PON, dengan syarat: turunin BB 5 kilogram. 

Challenge accepted. Aku berhasil menghilangkan berat badan sebanyak 6 kilogram. Namun yang akan saya ceritakan di sini bukan itu. Singkat cerita, saya berhasil masuk ke team dan ikut bertanding di Pra Kualifikasi PON Papua 2020. 

Nah, for your information, saya ga pakai hijab kalau olahraga. 

Saya merasa ga nyaman olahraga panas-panasan pakai hijab, rasanya sumuk, kepala gatel. Lalu.. karena saya main hockey yang notabene saya harus bending membungkuk, rasanya ribet kagok gimana gitu kalau pake hijab. Dan lagi.. saya merasa lucu, pake hijab, tapi roknya ketat, legging ketat, pantat nyetak, pinggul terpampang nyata, kok rasanya malah lebih menarik perhatian? Bukankah filosofi hijab itu sendiri adalah to cover, making barrier supaya tidak tersentuh, tidak menarik perhatian? Ya iya bener, tapi tentunya keputusan aku melepas hijab ketika olahraga ini jelas salah ya, genks. Yang benar? Ya olahraga silakan, tapi pakai celana gombrong yang tidak ketat, tapi aku belum sampai ke level itu gaes, mohon maaf sekali. 

Issue ini sudah pernah saya sampaikan juga ke suami saya waktu saya belum pakai hijab. "Aku tuh pengen pake jilbab, tapi kok ga enak yah olahraga kalau pake jilbab tuh, apalagi main hockey, kaya kagok gimana gitu, aku malah jadi ribet sama jilbab sendiri." 

Jawaban suami saya waktu itu? "Udalah pake aja dulu yang penting, daripada engga sama sekali." 

Problem ends. Discussion finished. 

Sampai kemudian saya mendapat beberapa komentar selepas beberapa teman saya melihat foto saya tanpa hijab di media sosial. Komentarnya lucu-lucu. Salah satunya..

Komentar: Makanya, kalau mau menang, hijabnya dipake.. 
Respon aku: Masa sih? Kok yang menang olympic kemaren team Argentina? Bukan dari Arab? Padahal team Argentina ga ada lho yang pake hijab? 

Komentar: Lho.. hijabnya kemana? 
Respon aku: Ada kok ini dipake, tapi liatnya harus pake kacamata 3D 

Kenapa aku jawab seenak jidat? Soalnya mereka juga nanya kok seenak jidat? Aku baru tahu lho karena ternyata orang bisa se-concern itu sama hijab orang lain? And i am not even a celebrity wkwk.. cuma perempuan biasa yang ga bisa pake hijab kalo olahraga, sementara profesi aku atlet. 

Yang mengejutkan, teman-teman aku yang udah hijrah dari duluuu sekali, yang gaya hidupnya sudah 80% referring to sunnah-bahkan ada satu yang pakai cadar- malah engga komen apa-apa. Mereka malah dm, ngasi selamat dan mengucapkan semangat, engga ada satu pun komentar soal hijab yang keluar dari mulut mereka. 

Padahal saya tahu banget, tipikal orang-orang ini sudah jelas keimanannya di atas level saya. Yang tipikal tidak mau posting foto muka di medsos, yang sering posting isi kajian atau hadist, justru malah engga komen sama sekali. Dan kalau mereka menegur un-hijab saya, mungkin instead of balik ngoceh, saya akan malu sekali sama mereka. Kok yang banyak komen kayanya orang-orang yang hijrahnya nanggung.. cem aku gini kali ya? wkwk... 

But you know, hijrah is overrated anyway.. and i am not here to judge just like what they did to me.. 

Jadi keingat sisa pertandingan kemarin yang membekas banget di kepala saya. Ada satu atlet yang kerjanya mengomentari teman setim, rajin mengoreksi kesalahan yang dibuat orang lain. Di lapangan, saat pertandingan, permainannya sendiri malah kacau, banyak kesalahan individu yang dibuat. 

Lalu salah satu coach menegur dia, "Daripada kamu bacot, mending kamu introspeksi diri." 

Seperti merasa tertampar juga, karena aku anaknya juga bacot. :D 

Lantas, gimana kalau aku ingin mengingatkan teman setim karena dia sering melakukan kesalahan?

Daripada capek-capek ngingetin orang lain, lebih baik kamu urus dulu diri kamu sendiri. Ketika kamu main bagus di lapangan, orang lain akan termotivasi, orang lain akan malu sendiri, orang lain akan mencontoh dan terinspirasi, dan itu sudah sangat lebih dari cukup. 

Itu sudah. 

***

No comments:

Post a Comment