Tuesday, May 19, 2020

ramadan paling menyedihkan (sekaligus paling benar)

Sebenarnya tidak sedang ingin menulis, tapi kepala ini rasanya sudah sangat suntuk. Empat hari lagi lebaran.  Sedang tidak ingin menulis yang runut dan indah, jadi seadanya saja. 

1. Agak kurang suka dengan kultur kirim-kiriman hampers di hari raya dan mempostingnya di instagram. Sungguh riya. Sekaligus menyebalkan bagi orang yang mungkin tidak ada yang mengirim. Plus.. kalau buatku pribadi, agak merepotkan ketika seseorang mengirimiku hampers, lalu atas unsur tidak enak, maka aku akan mengiriminya hampers juga, mending kalau sekota, kalau beda kota. Sungguh repot. Tidak bisa ya kalau ucapannya via whatsapp saja? Uang biaya hampers kasi aja ke orang miskin. Lebih banyak gunanya. 

2. Ramadan paling menyedihkan karena satu hal yang tak bisa kuceritakan. Sungguh menyedihkan. 

3. Dari hasil ramadan paling menyedihkan, mood membawaku ke Nepal. Maybe one day.. 

4. Tidak ada perasaan yang benar-benar enak di ramadan. Lapar sekali itu ga enak, kenyang sekali juga ga enak, dan kita manusia, benar-benar bodoh tak bisa berhenti di antara rentang menuju keduanya. 

5. MAM is back. Tapi kali ini dia punya anak hampir 3 tahun. 

6. Kok rasanya ingin sekolah lagi? Ingin ambil Ph.d, atau ambil S2 lagi juga enggak apa-apa. I need that kind of environment, you know, that bright, nerdy, bookworm, humble people. 

7. Frekuensi solat dan mengaji tidak selalu bisa jadi tolak ukur prilaku seseorang. Pengalamanku membuktikan, yang rajin ngaji, banyak juga yang brengsek. Tentu berlaku sebaliknya. Intinya, tidak ada hubungannya antara sering ibadah sama prilaku seseorang. Walau semestinya ada. Jadi santai aja, variabel pahala tu banyak, ga usah terlalu riya. 

8. Sesuatu yang absolut di dunia ini sifatnya hanya 99%, 1% nya jatah Gusti Alloh kalau dia mau kun faya kun.

9. Aku butuh bersosialisasi. Butuh kopi. Teman dan sebatang rokok. 

10. Nomor 9 paling penting. 

No comments:

Post a Comment